Permasalahan pendidikan
selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa,
situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan,
serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada hakikatnya fungsi utama bahasa
adalah sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia
diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan.
Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga
untuk meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, perasaan,
pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa
dan kemampuan memperluas wawasan. Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia
haruslah diarahkan pada hakikat Bahasa dan Sastra
Indonesia
sebagai alat komunikasi. Sebagaimana diketahui bahwa sekarang ini orientasi
pembelajaran bahasa berubah dari penekanan pada pembelajaran aspek bentuk ke
pembelajaran yang menekankan pada aspek fungsi. Proses komunikasi pada
hakikatnya adalah proses negoisasi pesan dalam suatu konteks atau situasi
menurut Sampson (dalam Depdiknas 2005:7).
Keterampilan menulis
merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan, tidak hanya penting
dalam kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat penting dalam kehidupan masyarakat.
Keterampilan menulis itu sangat penting karena merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan menulis
siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran,
dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan
kreativitas siswa dalam menulis.
Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Bahwa menulis
adalah suatu kegiatan
yang aktif
dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur yang diungkapkan
dalam bahasa tulis. Keterampilan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran,
gagasan, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman sebagai suatu keterampilan yang
produktif. Menulis dipengaruhi oleh keterampilan produktif lainnya, seperti
aspek berbicara maupun keterampilan reseptif yaitu aspek membaca
dan menyimak serta pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan kalimat, penggunaan
ejaan dan tanda baca. Pemahaman berbagai jenis karangan serat pemahaman
berbagai jenis paragraf dan pengembangannya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang sekarang yang ditetapkan sebagai Kurikulum
2006 telah diberlakukan di sekolah-sekolah
mulai tahun 2006. Kurikulum 2006 ini juga diterapkan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan perlu ditegaskan bahwa tugas sebagai guru adalah membelajarkan siswa, bukan
mengajar. Siswalah yang harus didorong agar secara aktif berlatih menggunakan bahasa
khususnya pada keterampilan menulis.
Tugas guru
adalah menciptakan situasi dan kondisi agar siswa belajar secara optimal untuk
berlatih menggunakan bahasa agar komopetensi yang diharapkan dapat tercapai.
Berkaitan dengan pembelajaran Bahasa
dan Sastra
Indonesia,
dalam Kurikulum
2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis. Standar kompetensi
Bahasa dan Sastra Indonesia yang merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap
positif terhadap Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Selain itu Standar kompetensi adalah dasar bagi siswa untuk dapat memahami dan
mengakses perkembangan lokal, regional, dan global.
Permasalahan pendidikan
selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa,
situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan,
serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru merupakan kunci dan sekaligus ujung
tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan,
mereka berada di titik sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan
suasana kegiatan belajar mengajar yang untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan
nasional yang dimaksud. Oleh karena itu, secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional,
inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
Pada kesempatan ini, peneliti (guru) membahas tentang keterampilan menulis
khususnya menulis
paragraf deskripsi. Selama ini berdasarkan hasil observasi, keterampilan siswa
untuk menulis
masih sangat terbatas, terlebih lagi untuk dapat menulis
paragraf deskripsi mereka kesulitan untuk dapat membedakan jenis-jenis
paragraf. Agar dapat menulis kadang-kadang siswa perlu dipacu dengan menggunakan teknik
dan media yang menarik. Untuk itu guru perlu mencari upaya yang dapat
membuat siswa tertarik agar siswa dapat menulis
dengan baik.
Dalam menulis
dibutuhkan adanya ketelitian, kepaduan, keruntutan dan kelogisan antara kalimat
satu dengan kalimat yang lain, antara paragraf dengan paragraf berikutnya
sehingga akan membentuk sebuah karangan yang baik dan utuh. Pengajaran menulis,
khususnya menulis
paragraf deskripsi adalah keterampilan yang bertujuan untuk mengajukan suatu
objek atau suatu hal yang sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah
berada di depan kepala pembaca.
Melalui penelitian
ini, peneliti mencoba satu pembaharuan untuk meningkatkan keterampilan menulis
paragraf deskripsi yaitu melalui penggunaan teknik objek langsung. Penggunaan
teknik objek langsung ini sebagai alternatif pembelajaran menulis
paragraf deskripsi sehingga diharapkan siswa akan lebih tertarik untuk
menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan dan diharapkan dapat mengurangi
kejenuhan siswa dalam pembelajaran menulis.
Untuk itu, diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang baru agar dapat
memberdayakan siswa. Strategi pembelajaran itu antara lain pembelajaran
kontekstual. Pembelajaran kontekstual memungkinkan siswa belajar dengan
bermakna. Pendekatan kontekstual diharapkan dapat mendorong siswa agar
menyadari dan menggunakan pemahamannya untuk mengembangkan diri dan
penyelesaian berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, pendekatan kontekstual yang demikian diharapkan siswa dapat
mengerti makna belajar, manfaat belajar, status mereka, serta bagaimana mereka
mencapai semua itu. Mereka akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari akan
berguna bagi hidupnya nanti.
Pendekatan kontekstual komponen
pemodelan dengan teknik objek langsung diharapkan dapat mengenalkan atau
menunjukkan, memotivasi, dan menarik minat siswa kelas X Mesin 3 SMK Tunas
Harapan Pati dalam menulis paragraf deskripsi, dan diharapkan keterampilan menulis
paragraf deskripsi akan meningkat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah disimpulkan, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut ini.
1. Bagaimanakah
peningkatan keterampilan menulis paragraf deskripsi siswa kelas X Mesin 3 SMK Tunas
Harapan Pati setelah mendapatkan pembelajaran menulis
paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek langsung melalui pendekatan
kontekstual komponen pemodelan ?
2. Bagaimanakah
perubahan sikap dan tingkah laku siswa setelah mendapatkan pembelajaran menulis
paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek langsung melalui pendekatan
kontekstual komponen pemodelan ?
1. Mendeskripsikan
peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan
teknik objek langsung pada siswa kelas X Mesin 3 SMK Tunas Harapan Pati.
2. Mendeskripsikan
perubahan sikap dan tingkah laku siswa kelas X Mesin 3 SMK Tunas Harapan Pati
setelah mendapatkan pembelajaran menulis
paragraf deskripsi melalui teknik objek langsung.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian
ini diharapkan mampu menghasilkan manfaat teoretis, yaitu dapat memberikan sumbangan
pemikiran
dan tolok ukur kajian pada penelitian
lebih lanjut yaitu berupa alternatif yang dapat dipertimbangkan dalam usaha
memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar, khususnya
dalam pembelajaran menulis paragraf deskripsi. Manfaat teoretis lainnya adalah
menambah khasanah pengembangan pengetahuan mengenai pembelajaran menulis
paragraf deskripsi. Selain itu, juga mengembangkan teori pembelajaran menulis
paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek langsung.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis manfaat yang dapat
diperoleh dari penelitian ini dibagi menjadi empat yaitu: bagi siswa, guru, sekolah.
a. Manfaat bagi siswa
Dapat meningkatkan keterampilan
siswa dalam menulis pada umumnya dan menulis
paragraf deskripsi pada khususnya, dan meningkatkan kreativitas dan keberanian
siswa dalam berpikir.
b. Manfaat bagi guru
Untuk memperkaya khasanah metode dan
strategi dalam pembelajaran menulis,
untuk dapat memperbaiki metode mengajar yang selama ini digunakan, agar dapat
menciptakan kegiatan
belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan, dan dapat mengembangkan
keterampilan guru
Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam menerapkan pembelajaran menulis
paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek langsung.
c. Manfaat bagi sekolah
Dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam rangka memajukan dan meningkatkan prestasi
sekolah
yang dapat disampaikan dalam pembinaan guru ataupun kesempatan lain bahwa
pembelajaran menulis khususnya menulis
paragraf deskripsi dapat menggunakan teknik objek langsung sebagai bahan
pencapaian hasil belajar yang maksimal.
BAB
II
LANDASAN
TEOREI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
Upaya untuk meningkatkan
keterampilan menulis pada siswa telah banyak dilakukan. Hal ini terbukti dengan
banyaknya penelitian yang dilakukan oleh para ahli bahasa maupun para mahasiswa.
Penelitian
tersebut belum semuanya sempurna. Oleh karena itu, penelitian
tersebut memerlukan penelitian lanjutan demi melengkapi dan menyempurnakan penelitian
sebelumnya.
Beberapa hasil penelitian
yang berhubungan dengan topik penelitian
ini yaitu penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis
yang akan dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian.
Penelitian
tersebut dilakukan oleh Esti (2004), Anis (2005), Ishmah (2006).
Penelitian Esti (2004) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis
Karangan Deskripsi Menggunakan Elemen Bertanya Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IIE SMP Negeri 1 Garung
Kabupaten Wonosobo, menyimpulkan bahwa dengan digunakannya elemen bertanya
pembelajaran kontekstual sangat mendukung peningkatan kemampuan menulis
siswa. Hal ini terbukti dari hasil penelitian
tersebut yang menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis
karangan deskripsi dengan menggunakan elemen bertanya. Skor rata-rata kelas
pada tahap prasiklus sebesar 50,37. Pada siklus I skor rata-rata kelas
meningkat sebesar 15,54 menjadi 65,91. Sedangkan pada siklus II skor rata-rata
kelas meningkat sebesar 12 menjadi 77,91. Dengan demikian, hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan menulis
karangan deskripsi dengan menggunakan elemen bertanya dapat meningkatkan
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas IIE SMP Negeri 1 Garung
Kabupaten Wonosobo.
Penelitian Anis (2005) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis
Deskripsi dengan Teknik Menulis
Terbimbing pada Siswa Kelas IIB SLTP Negeri 3 Kradenan Kecamatan Kradenan
Kabupaten Grobogan, membahas tentang bagaimanakah
peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa melalui teknik menulis
terbimbing, dengan tujuan untuk meningkatkan keterampialn menulis
deskripsi dan meningkatkan prilalu positif siswa kelas IIB SLTP Negeri 3
Kradenan Kabupaten Kudus.
Penelitian ini termasuk penelitian
tindakan kelas dengan subjek penelitian
keterampilan menulis siswa kelas IIB SLTP Negeri 3 Kradenan. Setelah
dilaksanakan penelitian teknik terbimbing pada siswa, ternyata ada peningkatan pada
keterampilan menulis deskripsi siswa. Hasil penelitian
menunjukkan kemampuan siswa dalam menulis
karangan deskripsi pada aspek isi karangan, aspek bahasa, aspek ejaan dan tanda
baca, aspek kesatuan gagasan, aspek diksi, dan aspek judul karangan. Dari
semua aspek tersebut, dapat disimpulkan nilai rata-rata siklus I 38,33 %, nilai
rata-rata siklus II 44,04 %, sedangkan dari siklus I ke tes siklus II sebesar
96,54 %.
Penelitian Ishmah (2006) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis
Paragraf Eksposisi dengan Menggunakan Media Animasi Berbasis Komputer pada
Siswa Kelas X3 SMA Negeri 7 Semarang,
meneliti penggunaan media animasi sebagai alternatif menulis
paragraf eksposisi. Penelitian ini didasarkan pada hasil tindakan siklus I dan hasil
tindakan siklus II. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan adanya peningkatan pada siklus I ke siklus II. Pada siklus I
hasil rata-rata nilai adalah 65,07. Setelah dilakukan tindakan siklus II, Nilai
rata-rata meningkat menjadi 76,27. Hasil tersebut mengalami peningkatan sebesar
11,19 atau 17,19 % dari siklus I. Hasil tersebut membuktikan bahwa pembelajaran
menulis
paragraf eksposisi menggunakan media animasi berbasis komputer dapat
meningkatkan keterampilan menulis siswa. Selain itu, terdapat juga perubahan tingkah laku
siswa dalam menulis paragraf eksposisi yaitu siswa menjadi lebih berminat dan aktif dalam mengikuti belajar mengajar.
Dari hasil penelitian
yang sudah dilakukan tersebut, terdapat persamaan, yaitu penelitian
yang dilakukan sama mengenai keterampilan menulis.
Namun, ada beberapa perbedaan yaitu objek kajian dan teknik pembelajaran.
Terkait dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, penelitian
tersebut dapat menjadi panduan bagi peneliti untuk melakukan penelitian
lebih lanjut.
Berdasarkan kajian pustaka tersebut,
dapat diketahui bahwa Penelitian Tindakan Kelas tentang menulis
memiliki persamaan, yaitu bahwa penelitian
menulis
sudah dilakukan oleh beberapa peneliti, keterampilan siswa untuk menulis
masih relatif rendah sehingga perlu adanya peningkatan keterampilan menulis
bagi siswa melalui percobaan penggunaan metode, media, dan pendekatan yang
berbeda.
Perbedaannya, setiap penelitian
mempunyai ide yang baru dalam hal cara sehingga hasilnya pun berbeda. Akan
tetapi, penelitian tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu meningkatkan
keterampilan menulis siswa. Para peneliti menggunakan teknik, metode, dan media
maupun pendekatan yang bervariasi tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan
keterampilan menulis siswa. Berdasarkan penelitian
yang sudah pernah dilakukan maka pada kesempatan ini peneliti akan melakukan penelitian
tentang menulis
paragraf deskripsi. Tentunya dengan metode, dan teknik yang berbeda. Dalam penelitian
ini guru
menggunakan teknik objek langsung sebagai teknik dalam pembelajaran
keterampilan menulis paragraf deskripsi. Penelitian
yang akan dilakukan adalah bagaimana peningkatan keterampilan menulis
paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek langsung melalui pendekatan
kontekstual komponen pemodelan pada siswa kelas X Mesin 3 SMK Tunas Harapan
Pati.
Penelitian ini sebagai tindak lanjut dari penelitian-penelitian
yang sudah ada, dengan tujuan untuk memberikan pemikiran
dan tolok ukur kajian pada penelitian-penelitian
lebih lanjut sehingga dapat menambah khasanah pengembangan pengetahuan mengenai
pembelajaran menulis khususnya menulis
paragraf deskripsi dengan teknik objek langsung. Dengan teknik objek langsung
yang pembelajarannya dilakukan di dalam dan di luar kelas diharapkan siswa
tidak merasa jenuh dan dapat menungkan ide serta gagasannya. Selain itu,
kelebihan dalam menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek langsung
ini, agar pembaca dapat merasakan dan masuk ke dalam inspirasi penulis. Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi alternatif peningkatan keterampilan menulis
paragraf deskripsi dan mengubah perilaku siswa kelas X Mesin 3 SMK Tunas
Harapan Pati.
B. Landasan Teori
Teori-teori yang akan dipaparkan
dalam landasan teoretis ini berkaitan dengan penelitian
ini yaitu meliputi teori tentang keterampilan menulis,
hakikat menulis
paragraf deskripsi, hakikat objek langsung, pembelajaran kontekstual, kaitan
antara pendekatan kontekstual dengan pembelajaran menulis,
dan pembelajaran menulis paragraf deskripsi melalui teknik objek langsung.
Teori-teori ini akan menjadi landasan dalam penelitian
ini.
Keterampilan menulis
adalah keterampilan yang paling kompleks, karena keterampilan menulis
merupakan suatu proses perkembangan yang menuntut pengalaman, waktu,
kesepakatan, latihan serta memerlukan cara berpikir yang teratur untuk
mengungkapkannya dalam bentuk bahasa tulis. Oleh sebab itu, keterampilan menulis
perlu mendapat perhatian yang lebih dan sungguh-sungguh sebagai salah satu
aspek keterampilan berbahasa.
Menulis merupakan kegiatan
yang produktif dan ekspresif untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan dan
pengetahuan. Dalam kegiatan
menulis
ini, maka penulis haruslah teampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan
kosakata. Disebut sebagai kegiatan
produktif karena kegiatan
menulis
menghasilkan tulisan, dan disebut sebagai kegiatan
yang ekspresif karena kegiatan
menulis
adalah kegiatan yang mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan pengetahuan
penulis kepada pembaca (Tarigan 1983:3-4).
Deskripsi adalah semacam bentuk
wacana yang berusaha menyajikan suatu obyek atau suatu hal sedemikian rupa,
sehingga obyek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan
para pembaca melihat sendiri
obyek itu (Keraf 1995:16). Deskripsi memberi satu citra mental mengenai sesuatu
hal yang dialami, misalnya pemandangan, orang atau sensasi.
Fungsi utama dari deskripsi adalah
membuat para pembacanya melihat barang-barang atau obyeknya, atau menyerap
kualitas khas dari barang-barang itu. Deskripsi membuat kita melihat yaitu
membuat visualisasi mengenai obyeknya, atau dengan kata lain deskripsi
memusatkan uraiannya pada penampakan barang. Dalam deskripsi kita melihat obyek
garapan secara hidup dan konkrit, kita melihat obyek secara bulat.
Misalnya kita akan membuat deskripsi
tentang sebuah rumah, diharapkan menyajukan banyak penampilan individual dan
karakteristik dari rumah itu, dan beberapa aspek yang dapat dianalisis seperti :
besarnya, materi konstruksinya, dan rancangan arsitekturnya. Demikian pula
deskripsi suatu daerah pedesaan kurang bertalian dengan ciri-ciri studi
topografis, tetapi lebih terfokus pada macam-macam keistimewaan umum, dan
suasana lokal yang menarik. Karena sasaran yang dituju adalah memberi perhatian
pada penampilan yang khas dari obyeknya. Deskripsi lebih memberikan citra yang
menarik mengenai objek itu. Deskripsi banyak kaitannya dengan hubungan
pancaindera dan pencitraan, maka banyak tulisan deskripsi di klasifikasikan
sebagai tulisan kreatif.
Tujuan menulis
deskripsi adalah membuat para pembaca menyadari dengan hidup apa yang diserap
penulis melalui pancaindera, merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang
digambarkannya, menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objek yang
dideskipsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan pancaindera kita,
sebuah pemandangan alam, jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan atau kuda
balapan, wajah seseorang yang cantik molek, atau seseorang yang putus asa,
alunan musik atau gelegar guntur, dan sebagainya.
Paragraf deskripsi merupakan
penggambaran suatu keadaan dengan kalimat-kalimat, sehingga menimbulkan kesan
yang hidup. Penggambaran atau lukisan itu harus disajikan sehidup-hidupnya,
sehingga apa yang dilukiskan itu hidup di dalam angan-angan pembaca.
Deskripsi lebih menekankan
pengungkapannya melalui rangkaian kata-kata. Walaupun untuk membuat deskripsi
yang baik, penulis harus mengadakan identifikasi terlebih dahulu, namun
pengertian deskripsi hanya menyangkut pengungkapa melalui kata-kata. Dengan
mengenal ciri-ciri obyek garapan, penulis dapat menggambarkan secara verbal
obyek yang ingin diperkenalkan kepada para pembaca.
Maka dapat disimpulkan bahwa
paragraf deskripsi merupakan paragraf yang melukiskan suatu objek sehingga
pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan hal-hal yang ditulis pengarang.
4) Hakikat Objek Langsung
Teknik pembelajaran menulis
objek langsung bertujuan agar siswa dapat menulis
dengan cepat berdasarkan objek yang dilihat. Guru menunjukkan objek kepada siswa di
depan kelas, misalnya sebuah patung, vas bunga, mobil-mobilan, dan lain-lain.
Dari objek tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis
berdasarkan objek yang dilihatnya. Alat yang dibutuhkan adalah objek-objek yang
bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan secara
perseorangan maupun secara kelompok (Suyatno 2004:82).
Penerapan yang digunakan dalam
pembelajaran menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek langsung
ini, guru
menyampaikan pengantar kemudian guru memajang beberapa objek di depan
kelas, setelah siswa melihat objek tersebut, siswa mulai mengidentifikasi
objek, lalu siswa membuat tulisan secara runtut dan logis. Teknik pembelajaran menulis
objek langsung bertujuan agar siswa dapat menulis
dengan cepat berdasarkan objek yang dilihat. Teknik ini dapat dijalankan secara
perseorangan maupun secara kelompok dengan cara observasi langsung. Siswa
secara langsung dapat menuangkan ide atau gambaran sesuai apa yang mereka lihat
sesuai dengan pancaindera jadi kesannya membuat tulisan itu menjadi hidup. Model
observasi langsung memang akan memuaskan harapan pembaca karena dianggap
sebagai jalan menuju obyektivitas dan pembaca benar-benar dapat merasakan apa
yang mereka baca seolah-olah mereka melihat sendiri
objek yang ada dalam tulisan tersebut.
5) Pembelajaran Kontekstual
Sumber daya manusia yang semakin
maju, maka dunia pendidikan sangat menuntut untuk menciptakan lingkungan belajar yang
alamiah sesuai dengan pola pikir siswa. Belajar akan lebih bermakna jika anak
“mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan hanya sekedar mengetahuinya
saja. Oleh karena itu, melalui pembelajaran kontekstual diharapkan target
penguasaan materi akan lebih berhasil dan siswa dapat semaksimal mungkin untuk
mengembangkan kompetensinya.
a. Pengertian Pembelajaran
Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) adalah konsep belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam
kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi
sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri,
sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat (Nurhadi dan Senduk 2003:13).
Pembelajaran kontekstual dapat
dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang menunjukkan kondisi
alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas,
suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan
dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan
dalam pembelajaran seumur hidup.
Banyak manfaat yang dapat diambil
oleh siswa dalam pembelajaran kontekstual yaitu terciptanya ruang kelas yang di
dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif,
dan mereka akan lebih bertanggung jawab dengan apa yang mereka pelajari.
Pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja
keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan
pengetaBABhuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual ini
adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi
anggota kelas (siswa). Selain itu guru juga memberikan kemudahan belajar
kepada siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai. Guru
tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi
mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat diperlukan, maksudnya belajar
dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari “guru akting di depan kelas, siswa
menonton” ke “siswa aktif bekerja dan berkarya guru mengarahkan”. Pengajaran harus
berpusat pada “bagaimana cara” siswa menggunakan pengetahuan baru mereka
sehingga strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan dengan hasilnya.
Guru
bukanlah sebagai yang paling tahu, melainkan guru harus mendengarkan siswa-siswanya
dalam berpendapat mengungkapkan ide atau gagasan yang dimiliki oleh siswa. Guru bukan lagi sebagai penentu kemajuan
siswa-siswanya, tetapi guru sebagai seorang pendamping siswa dalam pencapaian
kompetensi dasar. Menurut Zahorik (dalam Mulyasa 2006:219) ada lima elemen yang
harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual yaitu (1) Pembelajaran harus
memperhatikan, pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik; (2)
Pembelajaran dimulai dari keseluruhan menuju bagian-bagiannya secara khusus; (3)
Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara : menyusun konsep
sementara, melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang
lain, merevisi dan mengembangkan konsep; (4) Pembelajaran ditekankan pada upaya
mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajari; (5) Adanya refleksi
terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.
Pendekatan kontekstual maksudnya
adalah suatu konsep belajar di mana menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam
kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan keluarga dan masyarakat. Hasil pembelajaran diharapkan akan lebih
bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan
melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjang
(Nurhadi dan Senduk 2003:4).
Pembelajaran kontekstual merupakan
konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran
dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik
mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan
sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari,
peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh
makna yang mendalam terhadap apa yang mereka pelajari.
Pembelajaran kontekstual ini
memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran
dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat mempraktekkan secara
langsung apa yang telah mereka pelajari.
Pembelajaran kontekstual mendorong
siswa untuk memahami hakikat, makna, dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan
mereka rajin, dan termotivasi untuk senantiasa belajar, bahkan kecanduan untuk
belajar. Kondisi ini akan terwujud, ketika siswa menyadari tentang apa yang
mereka perlukan untuk hidup, dan bagaimana cara untuk menggapainya.
b. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual mempunyai
tujuh komponen utama pembelajaran, diantaranya yaitu (1) kontruktivisme (contructivism),
(2) bertanya (questioning), (3) menemukan (inquiry), (4)
masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan (modeling),
(6) refleksi (reflection), dan (7) penilaian sebenarnya (authentic
assessement).
Kontruktivisme (contructivism)
merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Siswa
perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan
dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa
harus menemukan dan mentransformasikan satu informasi komplek ke situasi lain,
dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik sendiri.
Bertanya (questioning) adalah
suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan
mengeksplorasi gagasan-gagasan. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran
yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan
guru
untuk mendorong, membimbing dan menilai keterampilan berpikir siswa. Hal ini
merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri,
yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya.
Menemukan (inquiry) merupakan
bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa diharapkan bukan hasil mengikat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil
dari menemukan sendiri. Dalam inkuiri terdiri atas siklus yang mempunyai
langkah-langkah antara lain (1) merumuskan masalah, (2) mengumpulkan data
melalui observasi, (3) menganalisi dan menyajikan hasil tulisan, gambar,
laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, (4) mengkomunikasikan atau menyajikan
hasil karya pada pembaca, teman sekelas, atau audiens yang lain.
Masyarakat belajar (learning
community), hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil
belajar diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, dan
antarmereka yang tahu ke mereka yang sebelum tahu. Dalam masyarakat belajar,
anggota kelompok yang terlibat dalam kegiatan
masyarakat memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan juga
meminta informasi yang diperlukan dari teman bicaranya.
Pemodelan (modeling) yaitu
dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model
yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan,
mendemonstrasikan bagaiman guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa
yang guru
inginkan agar siswa-siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi,
pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.
Refleksi (reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang
baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita
lakukan di masa yang lalu. Refleksi
merupakan gambaran terhadap kegiatan
atau pengetahuan yang baru saja diterima. Kunci dari itu semua adalah,
bagaimana pengetahuan mengendap dibenak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari
dan bagaimana merasakan ide-ide baru.
Penilaian yang sebenarnya (authentic
assessement), merupakan prosedur penilaian pada pembelajaran konekstual
yang memberikan gambaran perkembangan belajar siswanya. Assessement
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui
oleh guru
agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Jika data yang dikumpulkan oleh guru mengidentifikasi bahwa siswa
mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera mengambil tindakan tepat
agar siswa terbebas dari kemacetan tersebut.
Melalui penelitian
ini, peneliti mencoba untuk menerapkan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek langsung.
Menulis merupakan keterampilan yang harus dilatih, karena menulis
bukan merupakan keterampilan alami. Oleh karena itu, bagi setiap penulis
diharapkan untuk dapat menuangkan ide dan gagasannya dengan baik dan jelas agar
pembaca tidak bingung dalam membacanya. Menurut Owens (dalam Soenardji
1998:102) dalam hubungannya dengan pengajaran bahasa, menulis
adalah menggabungkan sejumlah kata menjadi kalimat yang baik dan benar menurut
tata bahasa dan menjalinnya menjadi wacana yang tersusun menurut penalaran yang
tepat.
Dalam Kurikulum
2006 atau yang sekarang ini disebut sebagai Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa pembelajaran diserahkan kepada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Siswa
tidak lagi menjadi objek belajar melainkan sebagai subjek belajar. Oleh karena
itu, siswa harus aktif dalam belajar, termasuk juga dalam pembelajaran menulis.
Pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran menulis paragraf deskripsi ini adalah pendekatan kontekstual
komponen pemodelan. Kaitan antara pembelajaran menulis
dengan pendekatan ini adalah terdapat pada langkah pembelajarannya. Langkah
yang pertama yang dilakukan oleh guru adalah memberikan contoh sebuah
paragraf deskripsi dengan menunjukkan satu objek misalnya saja bunga, dari
objek itu diharapkan siswa mampu mengembangkan sebuah paragraf karena mereka
melihat sendiri objek yang akan ditulis ke dalam sebuah paragraf deskripsi
.
Melalui pendekatan kontekstual
komponen pemodelan ini diharapkan siswa merasa lebih mudah dalam menulis
karena mereka sudah mempunyai gambaran yang telah diberikan oleh guru melalui sebuah contoh, dan
diharapkan siswa dapat mengembangkan ide, pikiran, dan gagasan mereka sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Tujuan teknik pembelajaran menulis
paragraf deskripsi agar siswa dapat menulis
paragraf deskripsi melalui pengamatan secara langsung, dengan begitu siswa
dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan, ide, mengembangkan daya pikir
dan kreativitas siswa dalam menulis.
Berdasarkan teori (Suyatno 2004:82)
dapat dirumuskan beberapa cara yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran menulis
dengan teknik objek langsung yaitu (1) Guru memberikan pengantar singkat
tentang teknik pembelajaran menulis
paragraf deskripsi; (2) Guru membagi kelompok berdasarkan objek yang akan diamati oleh
siswa; (3) Guru
menyuruh siswa untuk keluar kelas selama 45 menit; (4) Setelah siswa selesai menulis
paragraf deskripsi sesuai dengan objek yang ditentukan oleh guru, kemudian siswa mempresentasikan
secara individu sesuai dengan pembagian kelompok objek yang berbeda; (5) Setiap
kelompok dengan objek yang berbeda mengomentari hasil yang ditulis oleh siswa;
(6) Guru
merefleksi proses kegiatan
hari itu.
Upayakan pembelajaran menulis
paragraf deskripsi ini dirancang dengan tepat agar siswa senang, tertarik, dan
menantang. Guru
menentukan objek yang akan ditulis kedalam paragraf deskripsi pada setiap
kelompok, tetapi dikerjakan secara individu agar siswa bebas dalam berekspresi
dan menuangkan ide dalam bentuk tertulis.
C. Kerangka Berpikir
Kemampuan menulis
memberikan makna yang penting untuk berkomunikasi secara tidak langsung dalam
kehidupan. Memiliki kemampuan menulis
tidaklah semudah yang dibayangkan oleh banyak orang. Semakin banyak kita
berlatih menulis,
maka akan semakin menguasai keterampilan tersebut. Tidak ada orang yang dapat
langsung terampil menulis tanpa melalui suatu proses latihan.
Sebagai upaya untuk meningkatkan
keterampilan menulis khususnya menulis
paragraf deskripsi, guru harus menerapkan pengetahuannya mengenai teknik dalam
mengajar. Peneliti dalam hal ini sebagai guru menggunakan teknik objek langsung
guna mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
Penggunaan teknik objek langsung
akan menuntut siswa berpikir aktif menuangkan apa yang ia pikirkan dan
ia rasakan. Teknik objek langsung juga dapat membantu siswa untuk mengalirkan
secara bebas apapun yang telah tersimpan di dalam pikiran dan perasaan siswa.
Lingkungan fisik, sosial,
atau budaya
merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar siswa. Lingkungan dapat
berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber
belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan membuat anak merasa
senang dalam belajar. Mengalami langsung apa yang sedang dipelajari akan
mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang lain atau guru menjelaskan. Membangun pengamatan
dan pemahaman serta pengalaman langsung akan lebih mudah daripada membangun
pemahaman dari uraian lisan guru. Belajar dengan cara mengalami langsung akan meningkatkan
kreatifitas siswa dalam menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan.
NAMA :
DEPIN SARASATI
NIM :
016887584
UT-UPBJJ :
SURAKARTA
0 komentar:
Posting Komentar