Jumat, 28 Desember 2012

tugas 1 bahasa indonesia



Tiga Macam Bahasa
Ada suatu saat dalam hidup saya dimana terasa bahwa bahasa mengalami polusi, erosi, dekadasi, abstraksi.  Orang demikian percaya bahwa komunikasi bahasa kebudayaan manusia telah sedemikian clear.  Ketika saya sadari,bahwa komunikasi antar manusia itu sesungguhnya tidaklah segamblang yang selalu diduga orang, maka nampak bahwa subtansi ataupun nuansa setiap kata bahasa sebenarnya telah mengalami erosi.  Bahasa itu sendiri hanyalah merupakan ungkapan ala kadarnya dari isi maksud seseorang, entah itu bahasa verbal, bahasa gerak, isyarat, simbol atau berbagai modus komunikasi lainnya.  Tetapi ketika makin banyak di antara manusia tak punya lagi keraguan terhadap kebenaran komunikasi bahasa, maka saya melihat suatu erosi.  Seseorang menyebut matahari, dan orang seseorang lain dengan gampang bersepakat bahwa masing-masing orang adalah subyektivitas, yang memiliki isi dan rasa pengalaman bahasanya sendiri-sendiri, maka tentu matahari dan matahari ada bedanya.
Tapi kalau kata-kata itu baik,saya mengerti kamu, maka seberapa jauh makna dan jaminan mengerti itu.  Kalau kata-katanya adalah demi stabilitas nasional, maka tank bisa beradu karena makna yang tidak bisa ditemukan.  Tidak juga puisi absurd untuk memberi contoh tentang hukum komunikasi yang multi-interpretable.  Bahkan ketika ada teman yang bilang apa kabar? Dan saya jawab baik!, ini bukanlah komunikasi yang clear.  Kita saling tersenyum dan meras telah berada disatu dunia pemahaman, padahal masing-masing dengan abstraksinya sendiri-sendiri.
Ditengah keriuhan mulut kita sehari-hari, sesungguhnya berlangsunglah abtraksi-abtraksi subyektif itu,  dan ketika di dalam diri kita, kemauan kita menjadi beku untuk bersedia mengorek dunia orang lain sejauh mungkin, lewat bahasa ungkapannya, maka gejala dekadensi bahas bisa muncul.  Tatkala seorang penguasa di depan bawahan-bawahannya atau rakyatnya menguraikan suatu interprestasi tentang pancasila, dan uraian itu semata-mata berangkat dari kepentingan kepenguasaanya, sehingga memungkinkannya memenipulasi bahasa, pengertian dan makna-makna, maka dekadensi bahasa benar-benar telah terjadi.  Menjadi nyata bahwa bahasa tidak hanya menjadi berada dalam harafiahnya, tetapi juga dalam konteks kebudayaan dan kehidupan.
Dan kalu kita berfikir bahwa bahasa memang adalah komunikasi, kehidupan manusia maka sesungguhnya bahasa tidak pernah berada ansich dalam verbalitasnya, melainkan terutama dalam totalitas keberadaannya atau fungsinya dalam kehidupan nyata.  Dengan demikian, bahasa juga tidak pernah berhenti begitu selesai diucapkan.  Ia adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan.  Tunduk kepada ruang dan waktu.  Bahasa hanya bisa diidentifikasikan berdasarkan totalitasnya dalam ruang dan waktu.

NAMA            : DEPIN SARASATI
NIM                : 016887584

0 komentar:

Posting Komentar

 
About Dee Blogger Template by Ipietoon Blogger Template