21 April seluruh bangsa Indonesia memperingatinya
sebagai "Hari Kartini".
Oleh karena salah seorang Pahlawan Kemerdekaan
Nasional bernama Raden Ajeng Kartini dilahirkan di Jepara pada tanggal 21 April
1879. Selama 25 tahun masa hidupnya, R.A. Kartini banyak memperjuangkan hak-hak
kaum wanita melalui berbagai tulisan & pemikirannya. R.A. Kartini (1879 –
1904) adalah salah seorang pahlawan wanita yang paling dikenang di Indonesia
karena jasa mulianya akan perjuangan dan cita – citanya dalam memajukan derajat
wanita pribumi yang berada dalam taraf yang rendah pada masa itu. Meskipun
hanya mengenyam pendidikan formal hingga usia 12 tahun, R.A. Kartini banyak
belajar ilmu pengetahuan, sosial dan kebudayaan melalui kebiasaannya membaca
buku dan surat kabar pada masa itu. Melalui kebiasaannya tersebut (ditambah
dengan kemampuannya berbahasa Belanda) membuat R.A. Kartini turut aktif dalam
korespondensi dengan menyumbangkan ide pikiran, opini melalui surat kabar lokal
yang sebagian besar masih berbahasa Belanda pada masa itu.
ilmu hidup KARTINI ini
dapat memberikan pencerahan kepada kita seluruh bangsa Indonesia.
1.
Kasih sayang.
“Tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan,
selain menimbulkan senyum di wajah orang lain, terutama wajah yang kita
cintai.” Bahkan R.A. Kartini berani menyatakan bahwa: “Saat suatu hubungan
berakhir, bukan berarti dua orang berhenti saling mencintai. Mereka hanya berhenti
saling menyakiti.”
2.
Aku mau!
Kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Jadi, pada kemauan itu ada kebijaksanaan akal dan wawasan, di samping itu juga ada kontrol dan persetujuan dari pusat kepribadian. “Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! 2 patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kalimat “Aku mau!” membuat kita mudah mendaki puncak gunung.”
Kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Jadi, pada kemauan itu ada kebijaksanaan akal dan wawasan, di samping itu juga ada kontrol dan persetujuan dari pusat kepribadian. “Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! 2 patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kalimat “Aku mau!” membuat kita mudah mendaki puncak gunung.”
3.
Resistensi sikap negatif
Sikap
adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran,
dan perilaku. Selain itu, sikap atau attitude adalah suatu konsep paling
penting dalam psikologi sosial. R.A. Kartini pun mengerti bahwa sikap seseorang
akan menentukan jalan hidupnya, dengan menyatakan bahwa: “Banyak hal yang bisa
menjatuhkanmu. Tapi satu – satunya hal yang benar – benar dapat menjatuhkanmu
adalah sikapmu sendiri.”
4.
Teruslah bermimpi Pernyataan “Keberhasilan
Berawal dari Impian” . R.A. Kartini mengajak kita untuk bermimpi dan terus
bermimpi dengan mengatakan: “Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah
selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup!
Kehidupan yang sebenarnya kejam.” R.A. Kartini menegaskan bahwa: “Karena ada
bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula dalam hidup
manusia. Karena ada angan – angan muda mati, kadang – kadang timbullah angan –
angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikannya buah.”
5.
Ikhtiar selama hidup Kata ikhtiar diambil dari
bahasa Arab, yakni 'ikhtaara' yang artinya memilih. Sementara dalam bentuk kata
kerja, ikhtiar berarti pilihan atau memilih hal yang baik (khair). Sedangkan
menurut istilah, ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam
hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya dalam usaha
mendapatkan yang terbaik, agar tujuan hidupnya selamat sejahtera di dunia dan
di akhirat. R.A. Kartini menyatakan bahwa dengan ikhtiar akan dapat membantu
diri sendiri dan orang lain, melalui tulisannya: “Ikhtiar! Berjuanglah
membebaskan diri. Jika engkau sudah bebas karena ikhtiarmu itu, barulah dapat
engkau tolong orang lain.” Dalam melaksanakan ikhtiar tersebut tidaklah selalu
mudah, R.A. Kartini pun memahaminya dengan menuliskan: “Terkadang, kesulitan
harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang
kepadamu.” Namun R.A. Kartini juga memberi semangat dalam tulisannya: “Jangan
pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang
karena kamu selangkah lagi untuk menang.”
6.
Nyatakan terima kasih Ungkapan terima kasih
memiliki arti yang begitu mendalam, karena mengajarkan sebuah pesan moral, penuh
akan makna kehidupan yang sesungguhnya. Tidak sekedar mengajarkan sebuah
kesopanan ataupun ahlakul karimah saja. Namun memiliki arti sebuah keseimbangan
hidup. Dengan melihat arti kata terima kasih itu saja, sudah dapat kita ketahui
makna di dalamnya. Kata terima kasih ini memang terdiri dari dua kata yaitu
kata "terima" dan kata "kasih". Kata "terima"
yang berarti menerima atau dapat kita artikan juga dengan mendapat. Adapun kata
"kasih" dapat kita artikan dengan berbagi atau memberi. Dari sedikit
penjelasan arti kata "terima kasih" diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa dalam hidup kita diajarkan tidak hanya menerima saja, namun juga harus
memberi. Ini sebagai bentuk ketidak sempurnaan kita sebagai mahluk Tuhan.
Dimana dalam menjalani kehidupan ini kita masih membutuhkan orang lain. Karena
sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milikNYA. R.A. Kartini juga memahami arti
terima kasih, bahkan menyatakannya sebagai kewajiban yang utama melalui
tulisannya: “Salah satu daripada cita – cita yang hendak kusebarkan ialah:
Hormatilah segala yang hidup, hak-haknya, perasaannya, baik tidak terpaksa baik
pun karena terpaksa. Haruslah juga segan menyakiti mahkluk lain, sedikitpun
jangan sampai menyakitinya. Segenap cita – citanya kita hendaklah menjaga
sedapat – dapat yang kita usahakan. Supaya semasa mahkluk itu terhindar dari
penderitaan, dan dengan jalan demikian menolong memperbagus hidupnya: Dan lagi
ada pula suatu kewajiban yang tinggi murni, yaitu “terima kasih” namanya.”
7.
Ibu, pendidik manusia yang pertama. Seorang ibu
adalah guru pertama dan utama bagi seorang anak. Sosok ibu semestinya memiliki
wawasan keilmuan yang mumpuni agar mampu menjadi pendidik terhebat bagi
putra-putrinya. Ibu merupakan figur pertama yang biasanya lebih dekat di hati
maupun secara fisik dengan anak-anaknya. Ibu merupakan koridor pengetahuan yang
mampu mengantarkan buah hatinya meraih impian, menjadi pemimpin masa depan yang
berkualitas. R.A. Kartini pun menuliskan: “Kami disini memohon diusahakan
pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami
menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan
hidupnya. Tapi karena kami yakin pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum
wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang
diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi Ibu, pendidik manusia yang
pertama-tama.
0 komentar:
Posting Komentar