Rabu, 26 April 2017

MENSINKRONKAN HATI DENGAN ILMU KEHIDUPAN KARTINI



21 April  seluruh bangsa Indonesia memperingatinya sebagai "Hari Kartini".
 Oleh karena salah seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional bernama Raden Ajeng Kartini dilahirkan di Jepara pada tanggal 21 April 1879. Selama 25 tahun masa hidupnya, R.A. Kartini banyak memperjuangkan hak-hak kaum wanita melalui berbagai tulisan & pemikirannya. R.A. Kartini (1879 – 1904) adalah salah seorang pahlawan wanita yang paling dikenang di Indonesia karena jasa mulianya akan perjuangan dan cita – citanya dalam memajukan derajat wanita pribumi yang berada dalam taraf yang rendah pada masa itu. Meskipun hanya mengenyam pendidikan formal hingga usia 12 tahun, R.A. Kartini banyak belajar ilmu pengetahuan, sosial dan kebudayaan melalui kebiasaannya membaca buku dan surat kabar pada masa itu. Melalui kebiasaannya tersebut (ditambah dengan kemampuannya berbahasa Belanda) membuat R.A. Kartini turut aktif dalam korespondensi dengan menyumbangkan ide pikiran, opini melalui surat kabar lokal yang sebagian besar masih berbahasa Belanda pada masa itu.
ilmu hidup KARTINI ini dapat memberikan pencerahan kepada kita seluruh bangsa Indonesia.
1.      Kasih sayang.
 “Tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan, selain menimbulkan senyum di wajah orang lain, terutama wajah yang kita cintai.” Bahkan R.A. Kartini berani menyatakan bahwa: “Saat suatu hubungan berakhir, bukan berarti dua orang berhenti saling mencintai. Mereka hanya berhenti saling menyakiti.”
2.      Aku mau!
Kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Jadi, pada kemauan itu ada kebijaksanaan akal dan wawasan, di samping itu juga ada kontrol dan persetujuan dari pusat kepribadian. “Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! 2 patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kalimat “Aku mau!” membuat kita mudah mendaki puncak gunung.”
3.       Resistensi sikap negatif
Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku. Selain itu, sikap atau attitude adalah suatu konsep paling penting dalam psikologi sosial. R.A. Kartini pun mengerti bahwa sikap seseorang akan menentukan jalan hidupnya, dengan menyatakan bahwa: “Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu – satunya hal yang benar – benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri.”
4.       Teruslah bermimpi Pernyataan “Keberhasilan Berawal dari Impian” . R.A. Kartini mengajak kita untuk bermimpi dan terus bermimpi dengan mengatakan: “Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam.” R.A. Kartini menegaskan bahwa: “Karena ada bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula dalam hidup manusia. Karena ada angan – angan muda mati, kadang – kadang timbullah angan – angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikannya buah.”
5.       Ikhtiar selama hidup Kata ikhtiar diambil dari bahasa Arab, yakni 'ikhtaara' yang artinya memilih. Sementara dalam bentuk kata kerja, ikhtiar berarti pilihan atau memilih hal yang baik (khair). Sedangkan menurut istilah, ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya dalam usaha mendapatkan yang terbaik, agar tujuan hidupnya selamat sejahtera di dunia dan di akhirat. R.A. Kartini menyatakan bahwa dengan ikhtiar akan dapat membantu diri sendiri dan orang lain, melalui tulisannya: “Ikhtiar! Berjuanglah membebaskan diri. Jika engkau sudah bebas karena ikhtiarmu itu, barulah dapat engkau tolong orang lain.” Dalam melaksanakan ikhtiar tersebut tidaklah selalu mudah, R.A. Kartini pun memahaminya dengan menuliskan: “Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu.” Namun R.A. Kartini juga memberi semangat dalam tulisannya: “Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang.”
6.       Nyatakan terima kasih Ungkapan terima kasih memiliki arti yang begitu mendalam, karena mengajarkan sebuah pesan moral, penuh akan makna kehidupan yang sesungguhnya. Tidak sekedar mengajarkan sebuah kesopanan ataupun ahlakul karimah saja. Namun memiliki arti sebuah keseimbangan hidup. Dengan melihat arti kata terima kasih itu saja, sudah dapat kita ketahui makna di dalamnya. Kata terima kasih ini memang terdiri dari dua kata yaitu kata "terima" dan kata "kasih". Kata "terima" yang berarti menerima atau dapat kita artikan juga dengan mendapat. Adapun kata "kasih" dapat kita artikan dengan berbagi atau memberi. Dari sedikit penjelasan arti kata "terima kasih" diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam hidup kita diajarkan tidak hanya menerima saja, namun juga harus memberi. Ini sebagai bentuk ketidak sempurnaan kita sebagai mahluk Tuhan. Dimana dalam menjalani kehidupan ini kita masih membutuhkan orang lain. Karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milikNYA. R.A. Kartini juga memahami arti terima kasih, bahkan menyatakannya sebagai kewajiban yang utama melalui tulisannya: “Salah satu daripada cita – cita yang hendak kusebarkan ialah: Hormatilah segala yang hidup, hak-haknya, perasaannya, baik tidak terpaksa baik pun karena terpaksa. Haruslah juga segan menyakiti mahkluk lain, sedikitpun jangan sampai menyakitinya. Segenap cita – citanya kita hendaklah menjaga sedapat – dapat yang kita usahakan. Supaya semasa mahkluk itu terhindar dari penderitaan, dan dengan jalan demikian menolong memperbagus hidupnya: Dan lagi ada pula suatu kewajiban yang tinggi murni, yaitu “terima kasih” namanya.”
7.       Ibu, pendidik manusia yang pertama. Seorang ibu adalah guru pertama dan utama bagi seorang anak. Sosok ibu semestinya memiliki wawasan keilmuan yang mumpuni agar mampu menjadi pendidik terhebat bagi putra-putrinya. Ibu merupakan figur pertama yang biasanya lebih dekat di hati maupun secara fisik dengan anak-anaknya. Ibu merupakan koridor pengetahuan yang mampu mengantarkan buah hatinya meraih impian, menjadi pemimpin masa depan yang berkualitas. R.A. Kartini pun menuliskan: “Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi Ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.

0 komentar:

Posting Komentar

 
About Dee Blogger Template by Ipietoon Blogger Template