Kamis, 27 April 2017

CERITA BUNGA DAN KUPU-KUPU



Pada zaman dahulu kala, ada sebuah hutan yang cukup asri. Di dalam hutan tersebut tumbuh berbagai pohon dengan buah-buah yang manis dan ranum, sehingga banyak binatang yang senang tinggal di hutan tersebut. Dari hewan besar seperi rusa, panda, beruang, hingga para serangga.
Pada suatu hari, hutan tersebut kedatangan seekor penghuni baru. Dia adalah si Lili ulat. Tapi para hewan dan pohon sangat membencinya, karena dia terkenal sangat rakus dan tak memiliki manfa’at apapun. Dia sangat rakus dalam memakan daun-daun, sehingga banyak pohon yang tak mau dia tinggali. Sehingga Lili si ulat harus berpindah dari satu pohon ke pohon lain untuk mencari rumah.
“Wahai pohon apel, bolehkah aku ikut tinggal di dahan mu?”. Tanya Lili ulat pada pohon apel.
“Kau tak boleh tinggal di sini. Karena makan mu banyak. Jika kau terlalu banyak memakan daun ku, maka aku tak akan bisa lagi berbuah. Carilah pohon lainya..”. kata pohon apel dengan ketusnya.
“Tapi aku janji, suatu saat budi mu pasti akan aku balas. Izinkan aku tinggal di sini, karena aku tak lagi memiliki rumah lain”.
“Pokoknya tidak boleh..!! karena para hewan yang ikut tinggal di pohon ku pasti juga tidak setuju. Karena jika buah ku berkurang, mereka juga akan kekurangan makanan. Lagi pula apa yang bisa kau lakukan? Mahluk jelek dan lemah seperti mu tak bisa melakukan apa-apa selain makan dan makan saja. Sana pergi cari pohon yang lain”. Kata pohon apel dengan membentak.
Akhirnya dengan sedih Lilit ulat pun pergi mencari pohon lain yang mau dia tinggali. Tapi jawaban tiap pohon yang di temuinya sama, tak ada yang mau menerimanya. Ahirnya.. dia keluar dari hutan menuju ke pinggir hutan. Dia menangis dengan sedih meratapi nasib yang di alaminya. Ternyata tanpa dia sadari, ada pohon bunga matahari yang dari tadi memerhatikan dia.
Mengapa kaumenagis kawan? Katakana masalah mu, mungkin aku bisa membantu mu”. Kata bunga matahari.
“Si.. Siapa yang bicara?”. Kata Lili ulat terbata-bata karena kaget.
“Aku yang bicara.. lihatlah ke atas!! Aku adalah bunga matahari. Aku adalah ratu dari semua bunga yang ada di padang ini”. Jawab bunga matahari.
Lalu Lili si ulat pun menceritakan kisahnya dengan menangis. Mendengar kisah Lili ulat yang sangat sedih, bunga mata hati menjadi sangat iba.
“Tak usah kau menangis lagi kawan.. kau bisa tinggal di sini. Kau bisa memilih tinggal di pohon ku, atau pohon bunga manapun yang kau mau. Mereka tak akan menolak, karena mereka adalah rakyat ku”. Kata bunga matahari.
Mendengar jawaban dari bunga matahari, Lili ulat menjadi sangat senang. Dia tersenyum dan menghapus air mata di pipinya.
“Benarkah itu kawan?”. Tanya Lili ulat tak percaya.
“Tentu saja benar.. aku tak pernah bohong. Lagi pula tak ada satu hewanpun yang mau tinggal di pohon atau dahan kami, karena kami tak memiliki buah. Jika kau mau tinggal di sini, tentu aku akan merasa senang karena memiliki teman baru”. Jawab bunga matahari .
“Tapi kawan.. kata mereka aku banyak makan. Sehingga mereka tak mau aku tinggal di dahan mereka. Mereka takut kalau daun mereka habis dan tak bisaberbuah. Apa kau tak takut kalau daun mu habis seperti yang mereka katakana?”. Tanya Lili ulat ragu.
“Hahaha.. berarti mereka berfikir sempit. Apalah arti sebuah daun? Seorang teman lebih berharga dan susah untuk di cari. Sedangkan daun akan bisa tumbuh lagi dengan sendirinya. Kau tak usah hawatir kawan..”. jawab bunga matahari dengan bijak.
Lili ulat sangat senang mendengar jawaban yang sangat bijak itu. Dan mulai saat itu, Lili ulat dan bunga matahari menjadi sahabat baik. Tiap hari mereka bercanda dan bercerita tentang banyak hal. Itu adalah hari-hari terindah yang di lalui dua sahabat tersebut. Hingga pada suatu hari..
“Bunga matahari sahabat ku.. ini adalah hari terahir aku bisa bercanda dengan mu.. “. Kata Lili ulat.
Mendengar perkataan sahabatnya itu, bunga matahari terkejut.
“Memangnya engkau hendak ke mana kawan? Apakah kau mau pergi mennggal kan aku?” Tanya bunga matahari.
“Tidak sahabat ku.. aku tak akan mungkin meninggalkan sahabat sebaik diri mu. Aku hanya mau berpamitan.. mulai besok aku akan berpuasa dan mngurung diri ku untuk tidur panjang. Mungkin sudah saatnya aku mulai membalas budi baik mu”. Jawab Lili ulat.
“Berpuasa? Tidur panjang? Membalas budi? Apa yang kau maksud kawan? Aku sama sekali tak mengerti apa maksud ucapan mu..”. kata bunga matahari bingung.
“Kau akan mengerti nanti pada saatnya kawan.. untuk sementara, aku akan meminjam dahan mu untuk membangun rumah ku dalam berpuasa.. ku mohon kau mengizinkanya”. Kata lili ulat.
“Apapun yang terbaik untuk mu kawan, aku pasti mendukung mu..”. jawab bunga matahari.

Ahirnya, mulailah si Lili ulat membuat rumahnya dan berpuasa. Dia membungkus diri dalam balutan benang-benang yang membentuk sebuah kantung, dan biasa kita kenal dengan kepompong. Berhari-hari sudah bunga matahari merawat dan menunggu teman baiknya itu bangun. Dia melindunginya dari panas, angin, dan juga hujan. Dan ahirnya tibalah waktunya untuk si Lili ulat bangaun dari tidur panjangnya.
Tapi betapa terkejutnya bunga matahari, karena dia melihat bukan lagi Lili ulat sahabatnya yang keluar dari kantong itu. Melainkan seekor mahluk indah bersayap yang sangat indah dan canti.
“Siapa kau? Di mana ulat sahabat ku?”. Tanya bunga matahari kebingungan.
“Akulah ulat sahabat mu kawan. Kau tak usah heran. Setelah aku berpuasa dan tidur dalam kantong ini, aku akan berubah menjadi seekor kupu-kupu. Akau meken banyak ketika menjadi ulat, adalah sebagai bekal puasa ku untuk menjadi kupu-kupu. Tapi mereka tak tahu itu. Dan kini saatnya aku membalas budi mu dengan membantu penyerbukan mu dan semua rakyat bunga mu”. Jawab Kupu-kupu yang ternyata Lili ulat itu.
Mendengar penjelasan dari Liliyang kini menjadi kupu-kupu, bunga matahari menjadi sangat gembira. Ternyata sahabatnya itu memiliki kemampuan yang aneh dan luar biasa. Sebuah kemampuan yang tak di miliki oleh hewan lainya. Dan mulai saat itu, persahabatan mereka menjadi semakin akrab. Dan persahabatan tersebut berlanjut hingga anak cucu mereka. Kupu-kupu dan bunga selalu menjadi teman sejati.

BIDADARI MERAH YANG SOMBONG



Di atas langit ketujuh, terdapat istana Awan yang sangat megah. Di istana itu, tinggalah tujuh bidadari yang cantik-cantik nan jelita. Setiap hari pakaiannya berubah-ubah. Berwarna-warni. Warna cerah adalah kesukaan para bidadari itu. Konon bidadari-bidadari itu, saat turun ke bumi, mereka berwujud kupu-kupu dengan warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Sehingga kupu-kupu itu terlihat sangat mempesona.
Kecantikan yang dimiliki para bidadari itu tidak dimiliki manusia. Itu sebabnya, ada salah satu bidadari yang sombong karena kecantikannya. Bidadari Merah itu panggilannya. Ia suka membanggakan diri dan mengolok-olok bidadari yang lain. Padahal bidadari yang lain masih saudaranya.
Pada suatu hari, para bidadari itu pergi bermain ke bumi. Seperti biasanya, tempat pertama yang dikunjungi oleh para bidadari itu ialah sungai Periangan. Mereka mandi di sana kemudian mengisi kendinya dengan air. Air itu akan di bawa ke istana Awan untuk menyirami taman bunga milik para bidadari.
Saat perjalanan pulang, salah satu bidadari yang biasa dipanggil bidadari Merah menyendiri. Ia tidak mau bergabung dengan teman-temannya yang lain. Merah memang mempunyai watak angkuh dan sombong. Ia selalu memamerkan kecantikan dan kelebihan lain yang dimilkinya. Ia merasa kuat dan berani. Sebab itulah bidadari Merah berniat akan memamerkan kecantikannya kepada manusia bumi. Berbeda dengan bidadari-bidadari lainnya. Mereka lebih rendah diri dan sopan dengan manusia.
Akibatnya, manusia bumi tidak menyukai bidadari Merah karena kesombongannya sendiri. Saat, para bidadari itu sedang jalan-jalan di taman dan beterbangan kian ke sana ke mari, Merah menolak untuk bergabung dan memutuskan memisah dari teman-temannya.
Dengan nada meledek, merah berkata “Aah… aku mau main sendiri aja, males lah kalau harus bareng-bareng gak seru !”
Bidadari lain pun mencegah niat Merah dan membujuknya supaya tidak memisah dan main sendiri.
“Kalau menurut kami, lebih baik jangan Merah !”
Merah tak menghiraukan nasehat dari bidadari lain. Malah mengepakkan sayapnya, menjauh dan menghilang. Setelah lelah terbang jauh mengelilingi taman,  ia tidak menyadari kalau taman yang dikunjungi bukan taman yang sebelumnya para bidadari kunjungi. Ia tak peduli dan tetap terbang dengan bebasnya.

***
Waktu mulai gelap. Merah tersesat. Ia lupa arah jalan pulang. Padahal sejak berangkat, ia sudah berusaha mengingat rute yang telah dilewati. Namun sesal, ternyata ia lupa.
Saat pencarian menemukan jalan pulang, Merah bertemu dengan Kodi si Kodok hitam. Merah hanya berjalan santai seolah tak terjadi apa-apa. Ia malu bercerita tentang kemalangannya. Dan malah sebaliknya ia mengolok,
“Hei, kodok dekil, ngapain kamu deket-deket aku? Badan kamu bau!”
“Perkenalkan namaku Kodi. Bukan maksudku dekat-dekat kamu kupu-kupu yang cantik, tapi aku mau bertanya, ngapain malam-malam kaya gini kamu keluyuran di taman ini ?” jawab kodok dengan nama merendah.
“Emang aku sengaja mau jalan-jalan malam. Aku kan kupu yang kuat dan pemberani, gak seperti teman-temanku yang lain yang penakut” Merah menutupi ketakutan dengan kesombongannya.
Kodok pergi dan meninggalkan Merah sendirian di taman itu. Kali ini, Merah baru merasa sendirian dan ketakutan. Di sekelilingnya terdengar suara-suara aneh. Hiii… menakutkan.
Sadar dengan kesendiriannya, Merah pun menangis. Ia merasa lemah dan malu. Ketakutanlah yang telah membuatnya menangis. Ia menyadari kalau ia bukan bidadari yang berani dan kuat seperti bualannya. Merah meringkuk dan terus menangis.
   Ternyata, Kunang-kunang memperhatikan Merah. Ia pun merasa kasihan melihat Merah yang malang. Dengan ramah ia mendekat dan mendekat lalu menenangkan Merah.
“Kupu-kupu yang cantik, di mana rumahmu?”
“Aku dari istana Awan, sebenarnya aku jelmaan dari bidadari yang tinggal di langit.” Bisik si Merah.
“Oh iya,,, aku tidak menyangka bakal ketemu dengan bidadari.” Sanjung kunang-kunang.
“Sebenarnya, aku tersesat. Tadinya aku dengan teman-teman, tapi aku memutuskan untuk jalan-jalan sendiri. Aku malu bertanya dengan teman-teman yang bertemu denganku. Aku merasa kuat dan berani. makanya sampai malam begini aku masih di sini dan belum menemukan jalan pulang.” Gundah si Merah.
Kunang-kunang merasa bangga dengan kejujuran si Merah. Dengan sinar yang memancar dari tubuh kunang-kunang ia dengan senang hati mengantarkan si Merah kembali ke langit. Kejujuran si Merah membuatnya bisa berkumpul kembali dengan teman-temannya.
Kini bidadari Merah hidup bahagia di istana langit. Ia pun menyadari bahwa hidup itu butuh orang lain, dan kejujuran akan mengalahkan kesombongan. Mulai saat itulah, warna pelangi menyatu dan menghias langit biru dengan warna-warna yang indah nan mempesona.

Rabu, 26 April 2017

SENYUMLAH, SELAMA TAK PERLU PENJEPIT PIPI



Pagi ini, aku cuma berbaring di ranjangku, mendengar musik dari earphone, dan membiarkan nyamuk-nyamuk berkeliaran menyedot darahku.

Aku mengibaskan air asin yang bocor dari bendungan pelupuk mataku, beberapa kali menimpa tuts keyboard netbookku, kau tahu ? pagi ini aku berhasil membuat rekor 20 status galau per jam, dan sumpah serapah dua meter panjangnya di blog. gila kan !

Ya, segila segala sesuatu yang datang mendadak, lalu menghancurkan kebahagiaanku dalam festival olahraga nasional besok. besok !
"ray !"

Mama mulai lagi ritual ketuk pintu kamar a.k.a cemas padaku. meski malas, aku tak pernah membiarkan wanita lembut itu khawatir berkepanjangan, maka aku pun bangkit, berpaling sebentar dari netbook dan segala macam caci makiku, dan....

Bruk !
Tahukah kau bagaimana rasanya saat tulang ekormu menyentuh ubin dan berbunyi, tuk ! yah..mama langsung menyerbu masuk seperti burung yang di lempar biji jagung, kemudian ia membantu mendudukkan ku dikursi, kursi istimewa untuk orang cacat, kau tahu lah...
"ray, kamu harusnya bilang dong pintunya nggak dikunci, ada yang sakit sayang ?" mama memelukku seperti bayi yang baru saja jatuh dari atas kasur.

Aku lalu melepaskan pelukan mama, " ray enam belas tahun ma..., lagi pula tiga hari terakhir ini rasanya sekujur tubuh ray kaku kayak mayat, jadi biar pun ray jatuh seribu kali, nggak akan membuat ray kesakitan..."

Lagi, aku membuat mama menangis. dihadapannya aku sepertinya kuat, tapi sebenarnya aku karung basah. aku menangis, aku mengeluh dan membawa sumpah serapah pada apapun selain pada mama. pada mama aku tak berani mengeluh, mama sendirian, aku takut ia tak sekuat aku.

Ah, semuanya sejak aku terjun dari lantai tiga sekolahku, tiga hari dimana aku akan mengangkat namaku dan nama sekolahku diajang bulu tangkis nasional tingkat pelajar.

Teman-temanku sesama ekskul bulu tangkis dan teman-teman kelasku, datang kerumahku, bukan untuk memberiku selamat atas terpilihnya aku sebagai perwakilan sekolah diajang itu, tapi untuk memberiku buah-buahan, lalu mengucapkan ' semoga cepat sembuh, tetap semangat ya !' dan mereka pulang dengan sara syukur karena masih diberi kesehatan.

Dan dan saat semuanya begitu suram dalam setiap jengkal utakku, aku bertemu orang aneh yang mulutnya penuh dengan kata-kata penuh cinta, penuh harapan, dan aku mual saat itu.

Yang ku tahu namanya zen, usianya dua puluh tahun, ia seorang motivator dan penulis buku best seller yang mengajak orang semangat hidup bla..bla..bla...aku tak mengerti mengapa ia begitu terkenal, disukai banyak orang ? apa karena ia sempurna punya hidung mancung dan kulit yang putih ? atau karena ia bisa berdiri tegak..?
“berhentilah untuk mencoba membuat ku merasa lebih baik, karena aku takkan lebih baik lagi dari ini !” bentakku padanya suatu kali.

Ia tersenyum, menampakkan lagi wajah malaikat yang sesungguhnya meluluhkan hatiku, “aku nggak pernah mencoba membuatmu lebih baik, bahkan tak juga mencoba membuat orang lain lebih baik, kamu tahu ? aku Cuma bertugas membuat orang tersenyum selama ia tak perlu penjepit pipi..”

Aku tersenyum miris, “kamu pikir ini lucu ?”

Zen diam berpura-pura berfikir, “enggak.”

Sejak itu aku malah lebih sering bersamanya, ia seperti abang yang ada dimana-mana untukku, bahkan nyamuk saja tak pernah muncul saat aku mengharapkannya ?

Sejak aku bertemu abang baruku, aku kembali sekolah meski tak lagi dijuluki bintang bulu tangkis. Tak apalah, zen bilang untuk menjadi bintang aku tak perlu kaki dan tangan yang sempurna, aku cukup punya api yang membara di sini, di dadaku...
“tapi zen, bahkan untuk naik tangga sekolah saja aku merepotkan...”

Dan sejak itu pula aku mulai bisa menerima semuanya dengan lapang dada, aku mulai menyadari seperti yang zen bilang bahwa rayap tak pernah minta di tuntun untuk tahu betapa tanpa sepasang matapun ia bisa membangun sebuah menara.
“tapi zen...tapi zen....tapi zen...” dan semua tapi-tapian itu hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu dan aku mulai sibuk dengan kegiatan ilmiah disekolah. Aku mulai tak perlu lagi zen bermulut penuh busa untuk menghentikan setiap keluh kesahku.

Suatu kali, saat pulang sekolah zen datang ke rumah ku dan lucunya dia dengan dua penyangga kaki diketiaknya, “hei, zen, apa ini bagian dari semua hal yang kau rencanakan untuk membuat aku senyum tanpa penjepit pipi ?”

Zen tersenyum, “ ini bagian dari hidup...kamu tahu hidup tak pernah berhenti meski sebagian penting darinya tak lagi berfungsi, hem, kamu mengerti..?”

Aku mengangguk lalu tersenyum,”enggak zen, aku nggak ngerti, sekali-kali pake bahasa gaul kek..”
“suatu hari nanti kamu akan mengerti...”.

Ya, sampai dua minggu kemudian dan aku di tugasi Bu mela untuk mengadakan wawancara dengan pasien di rumah sakit blabla. Aku tak pernah mengerti kalimat yang di ucapkan zen saat terakhir kali bertemu denganku, aku tak berusaha mencarinya dan tak juga memohon mohon minta penjelasan kalimatnya itu, tidak ! mungkin dia sibuk, mama bilang ia orang hebat, ia mungkin sibuk !

Sudahlah, jangan-jangan nanti dia tiba-tiba alay dan saat aku memohon-mohon dia malah bilang, ‘mau tahu aja apa mau tahu banget ? kan berabe...

Di rumah sakit blabla, aku nampak benar seperti orang linglung, yah...bingung siapa yang harus ku wawancara, apa aku harus mewawancarai bayi baru lahir dan bertanya, bagaimana rasanya didalam perut ibu ? konyol.

Dan aku putuskan untuk bertanya pada entah siapa, yang duduk dikursi roda dan bertopi pandan yang sedang merenung dijendela besar rumah sakit ini.
“maaf..”aku menyentuh pundaknya perlahan, takut tiba-tiba dia berbalik dan mendorong kursi rodaku kejendela besar sampai kacanya pecah dan aku terbang seperti dulu.

Tidak, ia berbalik dan tidak mendorongku, ia malah membuat ku menjatuhkan papan dada dan pulpen yang ku pegang erat-erat, “kamu ?”
“ceritakan zen, dan mengapa ?! “aku seperti lupa hendak apa aku ke rumah sakit ini, aku tak perlu mewawancarai laki-laki bertopi pandan berkursi roda itu, ia zen !
“kau sudah menemukan jawabannya ray ?”zen lagi lagi tersenyum, ia cukup membuatku terkejut setengah mati.

Tiga hari kemudian aku tak pernah lagi mengharapkan kedatangannya kerumahku seperti biasa, sebenarnya aku takut, tapi aku tak bisa menampakkan betapa aku marah padanya, ia berbohong.

Sepulang sekolah, aku mengunjunginya di kamar blabla no blabla lantai blabla rumah sakit blabla, kau tahu ? sejujurnya aku ingin tertawa melihat kepala zen jadi plontos seperti bakso, tapi sekarang aku ingin menangis.
“zen, apa ini bagian rencana mu membuat aku merasa lebih baik..?” tanpa sadar aku menjatuhkan setetes air yang begitu cepat turun secepat semua kejadian ini.

Zen diam, selang oksigen dihidungnya bergerak sedikit pertanda zen masih mendengar suara ku yang sedikit terisak. Lalu zen berusaha tersenyum dengan susah payah...
“zen, mengapa kau sekuat itu ? kau tak pernah bilang bahwa kau juga sama sakitnya dengan aku...padahal kalau kau bilang, aku pasti akan cepat lebih baik...”

Zen tersenyum lagi, sepertinya bahkan hanya untuk menunjukkan senyum saja ia sulit, tapi aku menyadari tanpa kata-kata dan mulut berbusa, ia telah memberi ku satu kalimat lagi, ‘senyumlah selama kau tak perlu penjepit pipi...’.

Maka, aku mengusap air mataku dan aku bernafas lega, “ terima kasih zen...”.

Kau aneh zen ! kenapa kau begitu bodoh, kau biarkan jasadmu mati tapi kau malah meninggalkan kalimat-kalimat itu disini kau tahu ? kalimat itu takkan pernah hilang dari pikiranku selamanya, kenapa tidak kau bawa saja ? biar suatu saat kau bisa cerita pada semua penghuni syurga ?kau memang abang teraneh yang pernah ku kenal, tapi...

JAKA TARUB



    In one village, there lived a woman commonly called Mbok Randa, he has a foster child named Jaka Tarub which has grown into a young adult who is handsome and very happy hunting. One day when he is hunting as usual, he heard the voice of the woman who is less clear because it swallowed up dedauanan, Jaka Tarub curiosity eventually leading to kesumber votes to sneak.
    Jaka Tarub see 7 people pretty girls that are being bathed in the Lake, almost at the same time, he also saw some pieces of scarf lying into the Lake, there is a whisper of in Jaka Tarub to pick it up, and sneak him take one of them. When the girl who turns out to be a fairy it was about to return to the interface, one of them freak out because it didn’t find her shawl, but the sixth was another nymph can not do anything. Look at the Jaka Tarub approached the Apsaras were left named Dewi Nawang Wulan, Dewi Nawang Wulan was forced to tell her everything, Dewi Nawang Mulan had no other choice, he finally joined Jaka Tarub home. Days changed today, they get married and have children.
    Anyway Dewi Nawang Wulan was an Angel until he had excess, one is able to make the sebakul rice rice seeds from only one, as long as no one knows it, which is why Dewi Nawang Wulan forbids her husband to open the rice, but the tanakan Jaka Tarub was not able to resist the sense of penasarannya, he opened the tanakan rice it and very surprised because there is only one seed of rice in it. Jaka Tarub asking about it to his wife, when the Goddess Nawang Wulan lost his supernatural powers.
    Having been fullest human being always, Dewi Nawang Wulan have struggled to make the everyday requirement, should be pounding rice, bersusah-susah and take the padi dilumbung. The longer dilumbung, rice on the wane. Until one day, when Dewi Nawang Wulan wanted to take rice, she found her shawl tucked between a grain of rice.
    Dewi Nawang Wulan feel sad at once excited, he’s happy because knowing he will soon be gathered with his friends, he’s sad about having to part with his family, but there’s no other choice, he had to leave the currently last Jaka Tarub turned out to see it has turned out to be a fairy anymore. Dewi Nawang Wulan just sent so that her husband make a loom up near the cottage shortly before returning to the interface.


 Artinya :   Disuatu desa,hiduplah seorang perempuan yang biasa dipanggil Mbok Randa,dia mempunyai anak angkat bernama Jaka Tarub yang telah tumbuh menjadi seorang pemuda dewasa yang tampan dan sangat senang berburu.Suatu hari ketika dia berburu seperti biasanya,dia mendengar suara wanita yang kurang jelas karena ditelan dedauanan,karena penasaran Jaka Tarub akhirnya menuju kesumber suara secara mengendap-endap.
         Jaka Tarub melihat 7 orang gadis cantik yang sedang mandi di telaga, hampir bersamaan dengan itu,dia juga melihat beberapa lembar selendang yang tergeletak dipinggir telaga,ada bisikan dari dalam diri Jaka Tarub untuk mengambilnya,dan secara mengendap-endap dia mengambil salah satunya.Ketika para gadis yang ternyata bidadari itu hendak kembali ke khayangan,salah satu dari mereka panik karena tidak menemukan selendangnya,tapi keenam bidadari lain tidak dapat berbuat apa-apa.
    Melihat hal tersebut Jaka Tarub mendekati sang bidadari yang tertinggal bernama Dewi Nawang Wulan itu,Dewi Nawang Wulan terpaksa harus menceritakan semuanya,Dewi Nawang Mulan tidak punya pilihan lain,akhirnya dia ikut ke rumah Jaka Tarub.Hari berganti hari,mereka menikah dan mempunyai anak.
    Bagaimanapun Dewi Nawang Wulan adalah seorang bidadari sehingga dia mempunyai kelebihan,salah satunya adalah dapat membuat sebakul nasi hanya dari satu biji padi,asalkan tidak ada yang mengetahui hal itu,itulah sebabnya Dewi Nawang Wulan melarang suaminya untuk membuka tanakan nasinya,namun Jaka Tarub tidak sanggup menahan rasa penasarannya,dia membuka tanakan nasi itu dan sangat terkejut karena hanya ada satu biji padi di dalamnya.
    Jaka Tarub menanyakan perihal itu ke isterinya,ketika itu pula Dewi Nawang Wulan kehilangan kesaktian.Karena telah sepenuhnya menjadi manusia biasa,Dewi Nawang Wulan pun harus bersusah payah untuk membuat kebutuhan sehari-hari,harus bersusah-susah menumbuk padi,dan mengambil padi dilumbung.
    Semakin lama,padi dilumbung semakin berkurang.Sampai suatu hari,ketika Dewi Nawang Wulan ingin mengambil padi,dia menemukan selendangnya terselip diantara butir-butir padi.Dewi Nawang Wulan merasa sedih sekaligus gembira,dia senang karena mengetahui dia akan segera berkumpul bersama teman-temannya,dia sedih karena harus berpisah dengan keluarganya,tapi tak ada pilihan lain,dia harus meninggalkan Jaka Tarub yang sedari tadi ternyata melihat ia telah berubah menjadi bidadari lagi.Dewi Nawang Wulan hanya berpesan agar suaminya membuat sebuah dangau di dekat pondoknya sesaat sebelum kembali ke khayangan.

Resensi Novel Best Seller Love Sparks In Korea



Data Buku :

1. Judul : Love Sparks In Korea
2. Penulis : Asma Nadia
3. Tahun Terbit : 2015
4. Penerbit : AsmaNadia Publishing House
5. Editor Ahli dan Editor : Isa Alamsyah & TheNita, Andi F. Yahya, Wulan Mardianan, Diyan Sudihardjo
6. Desan Sampul : Wasi Kendedes
7. Ukuran Buku : 20.5 cm x 14 cm
8. Jumah Halaman : viii + 380 hlm
9. Nomor ISBN : 978-602-9055-39-9
10. Tahun Cetak I, II & III : Oktober 2015 Tahun Cetak IV & V : November 2015 Tahun Cetak    VI & VII : Desember 2015
11. Tokoh Utama dan Karakter dalam Novel Jilbab Traveler Love Sparks In Korea :
  • Rania Timur Samudra : seorang Gadis yang belum menikah yang memilih profesi sebagai seorang traveler, yang telah berhasil mengunjungi 60 Negara, 288 kota di dunia sehingga Rania dinobatkan sebagai Jilbab Traveler, karena Rania seorang muslim dan selalu berjilbab dalam setiap perjalanan petualangannya. Rania memiliki karakter yang bersemangat, penuh mimpi, penuh rasa cinta pada lingkungan, tanah air, budaya, serta selalu menikmati dan selalu merasa takjub pada hasil penciptaan yang Maha Kuasa yang tersebar diseluruh permukaan Bumi ini. Tokoh penginspirasi Rania adalah Ibnu Battutah, seorang penjelajah Islam yang sering diceritakan oleh Ayahnya, dari situlah Rania kecil mulai bermimpi dan bertekad untuk menjadi seorang Jilbab Traveler, sang petualang. 
  • Hyun Geun : seorang Laki-laki yang memiliki perawakan yang tinggi, kurus dan berambut gondrong, tidak terlalu mancung, memiliki jenggot dan kumis tipis. Dibalik penampilannya tersebut Hyun Geun memiliki sifat yang penyayang dan perhatian trutama pada orang yang dicintinya. Mr. Gangnam, begitu dia disebutkan dalam novel ini, juga menyukai Photography dan traveling sama dengan Rania. 
  • Ilhan : Seorang Lelaki yang memiliki karakter yang bertolak belakang dengan Rania. Dia adalah tetangga Rania, dengan wajah perpaduan timur dan barat, berkacamata, memiliki sifat canggung dan pemalu ketika bertemu Rania. 

13. Latar Belakang Tempat
Beberapa Negara, tapi yang dominan adalah Indonesia dan Korea. Latar belakang tempat Rania kecil adalah lokasi di pinggir Rel Kereta Api.

14. Alur Cerita
Novel Love Sparks in Korea karya Asma Nadia ini memiliki alur Maju dan mundur. Awalnya adalah situasi ketika Rania kecil, lalu maju ke Rania yang telah sukses dan kemudia kembali flash Back pada saat Rania masih seorang gadis kecil di pinggir Rel kereta Api.

15. Sudut Pandang

Sudut pandang dalam menceritakan kisah Rania dalam Buku Fiksi Love Sparks in Korea adalah menggunakan sudut pandang orang ketiga. Dimana pengarang sebagai pengamat yang dapat melihat, mendengar dan melukiskan semua yang dirasakan oleh tokoh-tokoh dalam cerita tersebut.

16. Pelajaran atau Hikmah yang terkandung dalam
Novel Jilbab Traveler Love Sparks in Korea :
Bahwa jangan takut bermimpi, karena tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini bila Allah SWT telah berkehendak.

Bahwa walaupun wanita, berjilbab, muda, beasal dari keluarga miskin, tidak akan menghalangi untuk menjadi apapun yang kita mau. Berjilbab tidak menjadikan wanita terkekang atau
 
About Dee Blogger Template by Ipietoon Blogger Template