Jumat, 21 Juni 2013

cerpen tentang ibu


KASIH DALAM DIAM Kisah ini dari kota yang berada di tengah pulau jawa yang kejam akan dunia dan lupa akan alam keabadian. Ibu, tiga huruf yang menyatu dalam kata. Terukir dalam hati dan terbesit dalam setiap angan dalam lamunanku. Ibu, adakah panggilan yang lebih indah dari ini? Adakah yang lebih baik dari kasihmu yang tulus tiada henti mengalir, tanpa keluh kesah tiada akhir engkau menemaniku?. Beliau adalah sesosok manusia biasa yang memiliki jiwa yang luar biasa, dalam keterbatasan ada senyum yang menghiasi wajahnya, dalam keterbatasan kesabaran beliau mampu bertahan tanpa tangisan, dalam hidup beliau tidak pernah mengeluh apa yang dia milik adalan anugrah terindah dari Tuhan. Dalam hidupnya beliau memiliki keterbatasan, tetapi beliau menerima tanpa dendam hatinya. Hatinya yang lapang, tak henti-hentinya bersyukur. Keterbatasn yang biasa menjadikannnya panutanku yang luar biasa. Ibuku adalah seorang pemulung yang mempunyai kekurangan dalam hal berbicara, bisu dan tuli diembannya dari beliau masih balita. Ayahku mencintai ibuku karena iya sesosok yang luar biasa, yang bisa meluluhkan hati siapa saja yang mengalami kegagalan hidup. Semasa muda, ayahku adalah pemuda yang bias dikata sempurna dalam fisik tetapi tidak untuk mental. Suatu ketika, ayahku putus asa sesaat dirinya dinyatakan tidak diterima kerja di suatu PT yang beliau lamar. Di taman kota, beliau frustasi bahkan hampir bunuh diri dengan pisau cutter yang dipegangnya. Ketika itu, ibuku memunguti sampah dan kebetulan pegawai sampah kewalahan membersihkan rumput, ibuku disuruh membantunya tetapi tidak punya alat. Dan ketika itu pula ibuku bertemu ayahku, dengan konyol ibuku langsung meraih cutter yang ada di tangan ayahku. Lantas sentak kaget di muka ayahku, ada wanita kumuh dengan berninya mengambil cutter itu. Rona ketidaktahuan ibuku datar tak terendus lalu berkata,” djangan! , tsaya binjam tsadja (menggerakkan telunjuk sambil geleng-geleng). Ayahku melongoh dan tidak bisa mengerti apa yang dikata ibuku, lantas ibuku berucap lagi, “ khiduuuup idju dtaaaak tsemutdah mmmengais bdan bduudnuuh tdiriii, dtabi tsuliitt bderrtsyyuuutuurr,djadji rang djangan emah atkan teadaan juangglah ngan dtakut dgagal, trentcana Ongloh biih iinnndahh “ .lantas ayahku menafsirkan nya hidup itu tak semudah menangis lantas bunuh diri, tapi sulit untuk mensyukuri, jadi orang jangan lemah dengan keadaan, berjuanglah jangan takut gagal karena rencana Allah lebih indah. Dengan terperangah ayahku terbengong, dengan sigap ibuku meninggalkannya dan langsung merapikan rumput yang disuruh oleh pegawai kebersihan kota. Ayahku memandang penuh keharuan, wanita itu mempunyai keterbatasan tetapi dia lebih baik dariku dalam menjalani hidup ini, aku kagum dengan semangat hidupnya,”kata ayahku dalam hati. Setelah pekerjaan ibuku selesai, diam-diam ayahku mengikuti wanita yang lusuh itu sampai rumah yang mungkin dibilang tak layak huni, hanya selembar kerdus dan setumpuk barang rongsokan yang tertimbun. Sungguh miris hati, ternyata ada yang lebih buruk dari nasibnya. Sehari setelah itu ayahku berjuang hidup mencari pekerjaan walaupun jatuh bangun, dirinya tetap harus berdiri. Setiap hari beliau menanti ibuku di taman walaupun hanya sekedar melihatnya dari jauh. Waktu kian berlalu, hati ayahku tidak bisa berdusta lalu dilamarlah ibuku dengan penuh malu sayu, ayahku berkata,” walaupun kau sendiri disini, tapi janganlah merasa kesepian. Aku akan ada disampingmu, sampai nanti kelak aku dipanggil yang maha kuasa, bersediakah kau menjadi ibu dari anak-anakku yang mendampingiku dengan kekuranganku? Aku bersedia menuntunmu ke Ridho-Nya, kan ku pertanggungjawabkan semua akhlakmu insyallah surga Allah dijanjikan untuk kita.” Ya?, dengan anggukan ibuku menjawabnya. Pernikahan menjadi awal yang indah untuk berjalan untuk mengarungi indahnya berumah tangga. Ayahku yang bernama Suratno Wijaya memboyong ibuku, sri lestari di kediamannya, dan mulai saat itu ibuku berhenti memulung. Ayahku berkerja menjadi tukang pijit, iya memang tidak menentu tetapi mereka berusaha untuk merasa cukup akan hidup ini. Ayahku memang yatim piatu, tak kaget bahwa dirinya hidup kesepian. Dengan setia ibuku menemani beliau, tak kunjung lama mereka dikaruni seorang putri. Sasa Adifsa , itulah namanya. Di usia keduaku ayah meninggal, dikarenakan kecelakaan yang tragis bahkan tidak diketahui siapa pelakunya. Ibuku pun menjadi pemulung lagi mengambil alih membesarkanku seorang diri, iya dia hanya dapat menganggung dan menggeleng. Setiap pagi beliau mengantarku sekolah taman kanak-kanak walaupun diledek tapi beliau adalh ibuku. Sampai SD beliau masih mau menggendongku sampai aku berani ke sekolah sendiri. Sampai suatu saat ketika ku duduk di SMP ada seorang teman laki-laki,namanya Reno yang teramat istimewa untukku, dia selalu melindungiku di sekolah tiba saat bekal makan siangku tertinggal, ibuku mengantar ke sekolah. “teng-teng itulah bunyi bel berbunyi, mempertandakan istirahat pada saat istirahat ada seorang gadis yang menyukai Reno dia memarahiku karena selalu berdekatan dengan Reno. Kami berselisih paham, dan saat itu tiba ibuku di sekolah dengan baju compang-camping yang tak layak pakai. Sandal kaki pun tak punya, begitu mirisnya hatiku saat itu ketika temanku Via yang mengataiku anak pemulung bisu, sungguh air mata ini tak dapat henti mengalir. Ibuku yang saat itu berkata, “ hnak, tsudah djangan. Hni bdekalnhna ktinggallan nak, hmakanlah… “ aku luluh akan perkataan ibu, tetapi air mataku sudah menetes di pipi tidak dapat tertahankan perasaan malu. Aku pun berlari di kamar mandi meninggalkan ibuku dan teman-temanku yang mengejek dan memanndang ibuku sebelah mata, rasanya dunia ini tak adil akn apa yang Tuhan berikan aku tak berdaya dengan celotehan teman-temanku. Ibuku pun mengikutiku samapai akhirnya diriku membentak beliau, “ ibu pulang saja, sasa malu bu”..dengan sesakan nafas yang terengah-engah dan perkataan yang tersendat-sendat. Ibu pun pulang dengan bekal yang masih di tangan menyesal dengan apa yang telah terjadi, dan air mata yang tidak bias tertahankan lagi. Bel pulang sekolah pun berbunyi, menandadakan jam sekolah telah usai, aku pulang berpapasan dengan Reno. Aku pun langsung berlari menghindar, seperti aku tak berdaya dan tak punya muka lagi. Sesampainya di rumah ibuku sudah menyiapkan makanan kesukaanku, dipanggilnya diriku karena ku datang langsung masuk kamar tanpa menghiraukan ibuku. Sampai malam tiba ku tak keluar ibuku masih setia menantiku di meja makan tanpa beliau makan, hatiku terlalu egois menerima ini semua. Ibuku memang pemulung dan beliau memang bisu, dan itulah kenyataannya. Tiba pukul 02.00 WIB aku keluar kamar dan menuju kamar mandi dengan membawa pisau, ibuku yang tertidur di meja makan tanpa tahu aku berjalan melewatinya, kututup mata ini karena aku tidak sanggup lagi menerima apa yang Tuhan berikan, darah pun kemana-mana. Ibuku yang terbangun langsung terperangah melihat pintu kamarku yang terbuka, ditengoknya tetapi diriku tidak ada di kamar. Beliau kebingungan, larilah beliau menuju kamar mandi pintunya terbuka dan melihat diriku berlumuran darah dan beliau sentak membopongku ke Rumah Sakit, tidak ada kendaraan umum pada saat dini hari ibuku terus berlari-berlari dan tak merasa kesakitan kakinya terkena pisau yang kupakai tadi. Beliau masih berjalan semampunya tidak menghiraukan apa yang dirasakan yang ada dipikarnnya hanya aku selamat. Sesampainya di rumah sakit diriku kehabisan darah, butuh donor tetapi stok rumah sakit sedang habis. Dengan merelakan diri ibuk berkata, “ ambiiillah nddarah tsaya tyang pting annak tsaya celamat” dokter mengeri dan mengambil darah ibuku, setelah itu ibuku berbaring disampingku menatapku yang siuman. Ibuku lantas memelukku dalam gelap dia masih berusaha membawaku ke rumah sakir alangkah mulianya kasihnya, walaupun beliau tidak bias bicara beliau masih ada kasih yang ada direlung hatiny teruntukku, maafkan aku ibu. Kasihmu memang sepanjang masa, kau rela mengorbankan apapun walaupun nyawamu engkau berikan pula. Kasih dalam diam, tulus mengalir dari hati ibuku yang sempurna. Walaupun setelah ku siuman ibuku telah menghela nafas terakhirnya, ibu kau adalah pelitaku dalam gelap dan kaulah segalanya. Sesempurna hidupmu untukku, semoga engkau tenang disana. Terimakasih ibu. Kasihmu selalu ada disetiap detak dan nafasku ini.

cerpen anak tentang nasionalisme


Secarik Nasionalime Oleh : Depin Sarasati Semua orang pasti membutuhkan kesejahteraan, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya kesejahteraan, namun ada juga yang merasa kurang akan apa yang didapatkannya karena penghianatan terhadap negerinya. Proses menjadi sejahtera, adalah PR terbesar di Negara Indonesia ini dari pelosok hingga berbeda dengan perkotaan. Dari pelosok menjadi perkotaan membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan dari pemimpin negeri ini, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya. Pemimpin yang kami harapkan selalu ada disaat kita membutuhkannya, menemani kita disaat kita kesepian, ikut tersenyum disaat kita bahagia, bahkan rela mengalah padahal hati kecilnya menangis. Pemimpin bukan lagi panutan :kemerdekaan telah bertepuk sebelah tangan, mereka bangga akan kejayaan, mereka menelan batang tubuh saudara, mereka menenggelamkan para jelata, Merekalah sang buta keadilanInilah fakta yang terkubur dalam *** Cahaya keemasan matahari dan hembusan angin sore membuat daun-daun kecil berguguran di sekitar rumahku, yang berdinding kayu yang using dimakan usia dan menyilaukan pandanganku pada secarik kertas di depanku. Hari-hariku terasa menyenangkan dengan sebuah mainan yang melambungkan gelembung di udara,“Abil”, panggil kakekku.Ya, itulah namaku anak kecil yang ditinggal orang tuanya merantau di negeri sebrang “ Malaysia". “Kak Abil..tidak ada kegiatan lain selain bermain gelembung itu kak?” Tasya, dia adalah adik perempuanku. “Tidak ada hal yang menenangkan hatiku selain ini,Sya.” Jawabku. “Kakak kenapa?” Tanya Tasya. Dia ini selalu paham dengan perasaanku. Dia tau bahwa aku sedang rindu kasih sepasang orang tua. “Hmm..sudahlah dik, yang penting kita belajar biar pinter ya. Supaya ayah bangga dengan kita.” . Aku adalah seorang pelajar Sekolah Dasar di sebuah desa kecil di perbatasan Malaysia, bertempat tinggal di Pulau Borneo yang haus akan kemakmuran Negara ini. Memang ayahku lahir disini, tetapi beliau berdagang di Malaysia. Kami tinggal bersama kakek, seorang pejuang yang tidak diakui pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan di negeri ini. Ibu dan Nenekku sudah meninggal, sejak adikku dilahirkan di dunia ini. Duduk di kelas 4, dan umurku 9 tahun. Sekitar sepantaran umur adikku 8 tahun kami ditinggalkan oleh beliau. Suatu ketika ayahku pulang dari Malaysia, beliau memberikanku pistol-pistolan dan boneka untuk adikku. Kata ayah,” kalau kalian mau mainan lagi, ikut ayah ke Malaysia ya..?” sentak hatiku kaget, tetapi kami berdua hanya diam sambil asyik memainkan mainan baru kami masing-masing. Kemudian ayahku mendekati kakek, dan bertanya,” pak maukah bapak pindah ke Malaysia denganku?” “ tidak nak, bapak lebih makmur dan sejahtera di sini. Negara Indonesia ini kaya nak, apa-apa ada.” “itukan jawa saja pak, pelosok seperti kita ini apa yang bias dibanggakan?, uang disini ringgit yang berlaku, fasilitas dan pendidikan anak-anak ada di Malaysia semua, bahkan lebih baik dari Indonesia pak. Bapak sudah tua, kesehatan disana jauh lebih memadai, kalau bapak tidak ikut biar anak-anak saja.” “ bapak tetap akan tetap tinggal disini nak, pengabdian bapak dan kecintaan bapak sudah ada disini Indonesia. Pengabdian bapak kepada pemerintah untuk menjaga perbatasan ini belun usai nak, bapak sejahtera dan bahagia disini. “tapi pemerintah tidak menganggap bapak, masa bodo dengan pengorbanan bapak.” “ iya, tapi bapak mengabdi bukan untuk pemerintah, tapi negri ini!” “ yasudah, biar anak-anak saja yang saya bawa ke Malaysia” *** Di sekolahku, hanya tersekat dengan dinding kayu dan tak layak pakai, setahun lalu sekolah kita tidak ada guru dan memperpurukkan pendidikan di desa kami, sungguh miris rasanya lantai yang terbuat dari kayu sudah lapuk dimakan usia, dan kadang kaki kami terperosok karenanya, sugguh kami adalah manusia yang tak kalah akan keadaan. Pelosok Kalimantan yang rimbun akan hutan dan kaya akan perikanan. Untuk mencapai sekolah kami rela menyebrang sungai besar, hingga harus berbasah-basahan, bahkan tidak ada sandal yang kami pakai. Beginilah hidup di pelosok negri yang makmur, katanya. Bu Asih adalah guru kami satu-satunya yang ada. Aku duduk di kelas 4 dan Tasya duduk di kelas 3. Kita sama-sama belajar di ruang yang sama dan guru yang sama juga. Ibu guru menyuruh kita untuk menggambar merah putih,” semua selesai anak-anak?, coba tunjukkan ke ibu bendera Negara kita Indonesia, Negara kita tercinta ini.” semua mengangkat karya masing-masing, terus ibu guru hanya tersenyum tersipu bahkan kaget dan berkata, “ kalian semua benar memang merah putih, tetapi lebih tepat punyanya Abil dan Tasya, iya merah diatas dan putih dibawah berbentuk persegi panjang.” Ketika pulang, kami ditanya oleh Ibu Asih, kalian tahu dari siapa nak bendera Indonesia?” lantas kami menjawab, “ dari kakek bu..(sambil tersenyum dengan bangga), kakek kami seorang pejuang yang mengabdikan diri di perbatasan ini bu, beliau adalah pahlawan untuk negeri ini, setiap malam sebelum kami tidur selalu diceritakan dulu ada panglima perang dan kakek dengan pistolnya “door door door” mengusir mereka dari area sini bu.kakek juga punya benderanya.” Sesampainya di rumah, kami bertemu ayah dan ditanya, kalian maukan ikut ayah ke Malaysia? Abil akan dapat pistol-pistolan lagi dan kamu tasya ayah akan belikan kamu boneka, kalian akan punya ibu disana. Kakek ikut ayah? Tanya Abil. “kakek tidak ikut Abil, kakek disini saja. Perjuangan kakek selama ini untuk negeri ini biarlah tidak sia-sia Abil.” Terus kakek disini sama siapa? Sama Bu Asih dan kepala Suku Abil. Abil? Tanya kakek. Abil disini sama kakek, di Indonesia sampai nanti ini tumpah darah kita, tanah air kita yang harus dibanggakan kek. Tasya dibujuk oleh ayahnya, “ tasya ikut ayah ya nak, nanti kak Abil menyusul sama kakek. Iya yah” sahut Tasya. Kemudian kami berpisah dengan ayah dan tasya, aku dan kakek tinggal bersama. Waktu adik tasya pergi, “ ini kan mainan gelembung buat kakak, tasya saying kakak. Sambil melambaikan tangan meninggalkan kami. *** Seminggu kemudian ada seorang dokter dari Bandung datang untuk bertugas, karena dokter yang bertugas sudah meninggal, waktu saleh, adalah teman sebangkuku di sekolah. Dia membawakan tas pak dokter sampai di rumah kepala suku, 2o ya om” kata saleh menawari. Iya,.diberinya uang 50 ribu. Ini uang apa om? Lantas berlari ke rumah bu Asih, bapak dokter mengikuti dan merasa heran. Ketika bertemu bu Asih, bu Asih tersenyum dan ditukarnya dengan ringgit. Lantas bapak dokter bertanya, bu kenapa disini uang yang berlaku ringgit padahal disini adalah wilayah Indonesia? “ iya pak, memang disini perbatasan bapak kepala suku juga memakai ringgit, karena perdagangan disini menggunakan ringgit. “ini bahaya bu, rasa nasionalisme bias luntur untuk anak-anak negeri kita.” pak dokter,pak dokter kakek saya sakit pak dokter. Kata Abil sambil panic, diperiksanya kakeknya, kata pak dokter kakek butuh perawatan di rumah sakit. 400 ringgit untuk pulang pergi sampai ke rumah sakit dok, celah bu Asih. Yasudah ini saya kasih obatnya tapi untuk sementara ya bil,. Selama 7 hari abil tidak masuk sekolah dia bekerja menjual rotan dan kain di Malaysia, hingga akhirnya dia mendapati pedagang yang memakai kain merah putih untuk alas lapak, dia berinisiatif untuk menggantinya dengan kain yang dibawanya. Akhirnya ditukarkan. Dengan haru, dia berlari membawa bendera pulang dan bernyanyi Indonesia tanah air beta pusaka abadi nan jaya.. Sesampainya dirumah dia mengajak kakekny, dokter, dan bu Asih untuk mengantar ke rumah sakit, tetapi tuhan berkehendak lain. Kakek menghela nafas yang terakhir, dan akhirnya berpesan jadilah orang besar di negeri ini, abdikan apapun yang kamu miliki untuk negeri ini. Ashaduallaiillahailallohmuhammadar rosululloh..”kakek…..”teriakan abil. Sejak itu, abil belajar hingga akhirnya menjadi tentara penjaga di perbatasan Malaysia. Ayah dan adiknya pun ikut ke Indonesia sejak meninggalnya kakeknya. *** selesai ***

Senin, 10 Juni 2013

AKHLAK DAN ISLAM


AKHLAK DAN ISLAM Pengertian Akhlak . Menurut bahasa: Perkataan akhlak berasal daripada perkataan (al-khulq) bererti tabiat,kelakuan, perangai, tingkahlaku, adat kebiasaan, malah ia juga bereti agama itu sendiri. Perkataan (al-khulq) ini di dalam Al-Quran hanya terdapat pada dua tempat sahaja, antaranya ialah: Dan bahawa sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai akhlak yang amat mulia. (Al-Qalam:4) - Menurut istilah: Antara definasi akhlak menurut istilah ialah: sifat yang tertanam di dalam diri yang dapat mengeluarkan sesuatu perbuatan dengan senang dan mudah tanpa pemikiran, penelitian dan paksaan. Arti ISLAM menurut BAHASA dan ISTILAH BAHASA Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar dari kata aslama. ISTILAH Adapun dari segi istilah adalah… Islam adalah ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Rasulullah Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat. Definisi di atas, memuat beberapa poin penting, diantaranya adalah: 1. Islam sebagai wahyu ilahi (الوَحْيُ اْلإِلَهِي) 2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW) (دِيْنُ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ) 3. Sebagai pedoman hidup (مِنْهَاجُ الْحَيَاةِ) Sumber Akhlak Islam Dalam Islam akhlak adalah bersumber dari dua sumber yang utama iaitu al-Quran dan al-Sunnah. Ini ditegaskan leh Rasulullah saw dalam sepotong hadith yang bermaksud : “Sesungguhnya aku diutuskan hanya semata-mata untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” Allah swt telah memuji Rasulullah kerana akhlaknya yang baik seperti yang terdapat dalam al-Quran, firman Allah swt yang bermaksud : “Sesungguhnya engkau seorang memiliki peribadi yang agung (mulia).” Kedudukan Akhlak dalam Islam Akhlak mempunyai kedudukan yang paling penting dalam agama Islam. Antaranya : • Akhlak dihubungkan dengan tujuan risalah Islam • Akhlak menentukan kedudukan seseorang di akhirat • Akhlak dapat menyempurnakan keimanan • Akhlak yang baik dapat menghapuskan dosa • Akhlak merupakan sifat Rasulullah saw • Akhlak tidak dapat dipisahkan dari Islam • Akhlak yang baik dapat menghindarkan seseorang itu daripada neraka • Salah satu rukun agama Islam ialah Ihsan, iaitu merupakan asas akhlak seseorang muslim. Ihsan iaitu beribadat kepada allah seolah-olah kita melihatNya kerana walaupun kita tidak melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihat kita. Kepentingan Akhlak dalam Kehidupan Manusia • Akhlak merupakan garis pemisah antara yang berakhlak dengan orang yang tidak berakhlak. • Akhlak juga merupakan nilai yang menjamin keselamatan daripada api neraka. • Akhlak merupakan ciri-ciri kelebihan di antara manusia kerena ia lambang kesempurnaan iman, • Kekalnya sesuatu ummah juga karena kukuhnya akhlak • Ketiadaan akhlak yang baik pada diri individu atau masyarakat akan menyebabkan berlaku pelbagai krisis dalaman dan luaran • Akhlak merupakan pencerminan diri seseorang Ciri-ciri Akhlak Islam 1. Islam menyeru agar manusia menghiasi jiwa dengan akhlak yang baik dan menjauhkan diri dari akhlak yang buruk. 2. Lingkungan skop akhlak Islam 3. Islam menghubungkan akhlak dengan keimanan. 4. Adanya konsep balasan dan ganjaran pahala atau syurga oleh Allah IMPLEMENTASI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN BERSAMA Pembagian Jenis Akhlak Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis Akhlak, yaitu: 1. Akhlak yang baim atau terpuji (Akhlaqul Mahmudah), yakni perbuatan baik terhadap Tuhan (Al Khaliq), terhadap sesama manusia dan makhluk lainnya. 2. Akhlak yang buruk atau tercela (Akhlaqul Madzmumah), yakni perbuatan buruk terhadap Tuhan (Al Khaliq), terhadap sesama manusia dan makhluk lainnya. Akhlak Baik (Mahmudah) 1. Akhlak terhadap Allah (Khalik), meliputi : Al-Hubb, Al-Raja, Al-Syukr, Qana’ah, At-Taubat, Tawakal, memohon ampun hanya pada Allah. 2. Akhlak terhadap Makhluk 1. Akhlak terhadap manusia 1) Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad)’ 2) Akhlak terhadap Orang Tua (Birull walidain) 3) Akhlak terhadap diri sendiri 4) Akhlak terhadap keluarga, karib sahabat 5) Akhlak terhadap tetangga 6) Akhlak terhadap masyarakat. Akhlak Buruk (Madzmumah) 1) Akhlak Buruk terhadap Allah Takabbur (Al-Kibru), Musrik (Al-syirk), Murtad (Ar-Riddah), Munafik (An-Nifaaq), Riya’ (Ar-Riyaa’), Boros atau berfoya-foya (Al-Israaf), Rakus atau tamak (Al-Hirsyu atau Ath-Thama’u) 2) Akhlak Buruh terhadap manusia Mudah marah (Al-Ghadhap), Iri hati atau dengki (Al-Hasadu atau Al-Hiqdu), Mengadu-adu (An-Namiimah), Mengumpat (Al-Ghiibah), Bersikap Congkak (Al-Ash’aru), Kikir (Al-Bukhlu), Berbuat Aniaya (Azh-zhulmu). Bentuk-bentuk hubungan akhlak dalam Islam terbagi pada beberapa bagian berikut. 1. Akhlak kepada Allah Swt. dan Rasulullah saw. 2. Akhlak kepada diri sendiri. 3. Akhlak kepada sesama manusia. 4. Akhlak kepada alam dan lingkungan. لَيْسَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جُنَاحٌ فِيمَا طَعِمُوا إِذَا مَا اتَّقَوْا وَآمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ثُمَّ اتَّقَوْا وَآمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوْا وَأَحْسَنُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS: Al-Maidah Ayat: 93)
 
About Dee Blogger Template by Ipietoon Blogger Template